BAB I
SILSILAH
NENEK MOYANG SUKU BATAK
A. Ompunta di Tapanuli Selatan
Sesungguhnya
Nenek-Moyang disini hanyalah terjamahan dari istilah yang biasa disebut-sebut
dalam bahasa adat dengan Ompunta Na Robian. Adat ni Ompunta na robian na hita
pasuman-suman saonari, artinya ; adat orang-orang dulu-dulu yang sekarang
dicoba mengikutinya sesuai dengan Adat yang asli itu. Jadi ada pengakuan terus
terang bahwa yang dilaksanakan bukan adat asli 100%. Kenapa demikian ?
Orang dulu-dulu itu membuka pintu
kepada penyesuaian kepada situasi dan kondisi setempat boleh dirubah asal tidak
melanggar maksud dan tujuan adat itu sendiri. Pintu yang dimaksud itu tercantum
dalam Pago-Pago ni Paradaton (Peraturan adat ) yang disebut UGARI. Yakni
kebiasaan setempat yang diangkat menjadi hukum yang harus dituruti.
Kembali kepada
Ompunta na robian, Penyusun terjemahkan saja kepada Nenek-Moyang. Tanpa di
diduga banyak datang pertanyaan siapa Nenek Moyang itu. Pada hal setiap ada
acara-acara adat yang Penyusun tradisi selalu menyebut-nyebut adat ini Ompunta
narobian, tetapi Penyusun tidak pernah mendengar ada orang yang bertanya siapa
na robian itu.
Mendengar
pertanyaan itu tentu saja Penyusun menjadi ke bingungan. walaupun Penyusun
selalu mengatakan Ompunta na robian,
tetapi Penyusun tidak pernah berpikir untuk menyelidikinya.
Yang jelas bahwa
terjamahan yang paling tepat dengan Ompunta na robian hanyalah Nenek-Moyang.
Orang dulu-dulu yang menurunkan masyarakat Tapanuli Selatan, pada kasusnya
umumnya orang Batak.
Pangupa adalah
sebagian kecil dari adat yang diagungkan di dalam Adat Dalihan-Natolu. Adat
Dalihan-Natolu itu bukan saja ada di Tapanuli Selatan, tetapi juga ada di
Tapanuli Utara, Simalungun, Karo dll. Cuma penekanan tentang pelaksanaannya
ada berlebih kurang. Di Tapanuli Selatan adat Dalihan-Natolu itu berkembang
dan lebih hidup, tidak lain karena di daerah ini masyarakatnya banyak yang
beragama Islam. Ajaran agama Islam dan tuntunan adat itu hampir sama dan
kadang-kadang bisa identik.
B. Hombar Do Adat
Dohot Ibadat
Baik tuntunan
adat maupun ajaran agama Islam kedua-duanya sama mendidik manusia berbudi
luhur, bersopan santun, berkasih sayang dan berbuat baik terhadap sesama
manusia, dengan pelaksanaan secara ikhlas.
Bedanya hanya
pada ajaran Islam seseorang itu harus percaya bahwa ada Tuhan Yang Maha Tahu,
atas setiap apa yang dikerjakan seseorang. Akibatnya orang itu takut
mengerjakan hal-hal yang salah yang menimbulkan dosa dan berlomba mengerjakan
yang baik karena akan mendapat pahala sebagai imbalannya.
Pada tuntunan
adat manusia satu terikat dengan manusia lain dalam suatu keluarga. Istilah,
"Hormat kepada Mora", "Elek Maranakboru", dan
"Manat-manat Markahanggi", memberi gambaran adanya urusan/wewenang
seseorang untuk mencampuri hal orang lain dalam kehidupan ini. Lebih ditekankan
lagi adat yang sifatnya kolektif, semua kepunyaan bersama menunjukkan seseorang
mempunyai kepentingan kepada orang lain, kepentingan yang sudah jelas diatur
oleh adat.
Umpamanya : Anakta
artinya anak bersama, maksudnya semua orang berkewajiban untuk menegor anak itu
jika berbuat salah dan begitu juga berkewajiban melindungi anak itu dari
ancaman bahaya. Demikian juga untuk menuntun anak itu sehingga menjadi anak
yang baik.
Jadi dari kedua
pedoman itu dapat disimpulkan pada ajaran agama Islam ada pengontrolan diri
atau self-kontrol, sedang pada
tuntunan adat ada pengontrolan sesama manusia atau sosial kontrol.
Namun kedua
perbedaan ini bermuara kepada satu tujuan untuk meningkatkan moral dan mutu
kemanusiaan seseorang. Salah satu persamaan yang paling mendasar, keduanya
sama-sama bertolak memperkenalkan kepada manusia tentang mana yang salah mana
yang benar, mana yang hak mana yang bathil dalam kehidupan ini.
Kesalahan yang
terjadi kebanyakan disebabkan kurang pandai membaca. "Iqroq" menurut ajaran Islam, "Sise" menurut tuntunan adat.
Persamaan
pengajaran dari keduanya memberi petunjuk, bahwa bukan tidak mungkin kalau
keduanya baik ajaran Islam maupun tuntunan adat itu datang dari sumber yang
sama satu sumber.
Dua orang ahli
silat setelah memperagakan jurus langkah yang dimilikinya segera diketahui
apakah mereka berdua seperguruan atau tidak. Melihat kepada hal tersebut,
karena banyaknya kesamaan dalam metode approach
baik pada ajaran Islam maupun pada tuntunan adat untuk meninggikan kwalitas manusia
itu menimbulkan dugaan dan pertanyaan. Apakah tidak mungkin tuntunan adat dari
masyarakat Tapanuli Selatan itu datangnya dari Benua Arab sana ?
Sebab ajaran
Islam datangnya dari sana. Jika demikian halnya, maka pada ajaran Islam agama
itu yang masuk ke Indonesia ini, tetapi pada tuntunan adat baru diterima akal
logika, kalau orang sana yang berpindah membawa adatnya ke Tapanuli. Dengan
kata lain perkataan dugaan kita Nenek-Moyang suku Batak adalah salah satu suku
di negeri Arab sana karena sesuatu sebab datang ke Tapanuli.
C. Praduga Atau
Asumsi
Suatu hal yang
sudah pasti yang tidak diperbantahkan lagi bahwa suku Batak termasuk suku yang
tertua yang mendiami Nusantara ini.
Agama Islam
masuk ke Indonesia ada yang mengatakan tahun 7 H, sudah ada pula yang
mengatakan tahun 2 H. Yang
jelas tahun 7 H sudah ada Kerajaan Islam yang besar di Barus, tetapi tidak
tercantum dalam sejarah Indonesia yang dipelajari di sekolah. Buktinya adalah
pekuburan yang ada di Barus tempatnya di Mahligai; satu pegunungan penuh dengan
pekuburan yang batu-batu nisannya terbuat dari pualam yang bermutu tinggi. Di tempat
tersebut dan pada beberapa tulisan Arab jelas terbaca disebut-sebut daerah itu
negeri Fansur.
Dari sini dapat dipetik kesimpulan,
bahwa jauh sebelum Agama Islam masuk ke Indonesia ini, dunia Arab telah lama
mengenal Barus. Mungkin saja ribuan tahun sebelum Masehi dunia Arab telah
mengenal Barus.
Alasannya cukup kuat. Bahwa Barus
mungkin pada waktu itu menjadi pelabuhan tempat pengeluaran
"kapur-barus" dan "kemenyan" dari pedalaman Tapanuli. Bahan
baku yang sangat dibutuhkan Raja Mesir untuk mengawetkan mummi-mummi mereka.
Kepercayaan masyarakat di daerah
Batak yang sudah berurat berakar terutama bagi yang tua-tua, bahwa orang Batak
itu diturunkan di Pusuk Buhit oleh Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon. Artinya : Orang Batak itu diturunkan di
gunung Pusuk Buhit oleh Tuhan Maha Pencipta. Keyakinan ini berarti orang Batak
menolak pendapat apa yang dipelajari di sekolah, bahwa bangsa Indonesia datang
dari Hindia Belakang, Kocincina dll.
Suatu hal yang pasti orang batak
lebih tahu dari mana asal usul mereka dibanding pengetahuan orang luar terhadap
mereka. Pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah-sekotah juga masih belum
lengkap mencantumkan sejarah Indonesia yang sebenarnya.
Umpamanya tentang kerajaan Fansur
yang di Barus itu tidak ada atau tidak lengkap, sedang buktinya ataupun
peninggalannya jelas ada, tidak dapat dibantah.
Demikian juga dengan candi Portibi
dan lain-lain candi yang bertebar di Tapanuli selatan, candinya ada tetapi
bagaimana ceritanya, dari mana datangnya dan kemana hilangnya bangsa itu tidak
diketahui.
Begitupun Gajah mada, Patih kerajaan
Mojopahit yang termasyhur itu, keberadaannya ada dalam sejarah, tetapi darimana
datangnya dan dimana hilangnya tidak diketahui. Jelasnya kita masih menerima
begitu saja sejarah yang ditinggalkan Penjajah Belanda tanpa melanjutkan
menyelidiki kebenaran sejarah yang ditinggalkan Penjajah Belanda itu.
Orang Batak terutama yang tua-tua
mengatakan Nenek Moyang mereka diturunkan di Pusuk Buhit oleh Mulajadi Na
Bolon.
Ditinjau dari berbagai hal legenda ini tentu tidak dapat
diterima akal sehat. Malahan didalam legenda itu seakan tersimpan suatu
teka-teki. Orang Batak itu seakan menghilangkan identitas Nenek-Moyang mereka.
Kenapa ?. Ini bisa juga sebagai kunci pembuka cerita.
Mungkin
Nenek-Moyang itu pelarian, orang yang dikejar-kejar. Domisili mereka dilekuk
gunung pada punggung Bukit Barisan dan di daerah gersang itu menguatkan praduga
tersebut. Pendatang biasanya datang dari pantai dan daerah pantai lebih subur
dari daerah pegunungan. Kenapa mereka meninggalkan daerah pantai yang subur itu
dan memilih daerah gersang di pegunungan itu ? Tentu ada sebab musababnya.
Identitas bisa
dihilangkan, tetapi kebudayaan, kebiasaan dan bahasa dapat memperkenalkan
seseorang itu atau suku maupun bangsa. Adapun beberapa praduga mengenai suku
Batak sebagai berikut :
1) Tentang
Nama Danau Toba
Pusuk Buhit yang diakui sebagai tempat pertama terletak di dataran tinggi
sekitar Tele. Pemandangan ke Danau Toba dari Tele ini apalagi dari Pusuk Buhit
sangat menakjubkan sungguh indah. Pemandangan Danau Toba dari Parapat belum apa-apa dibanding
dari Tele ini.
Siapapun orang yang
memandang Danau Toba dari Tele apalagi dari Pusuk Buhit pasti akan berkata :
"Alangkah indahnya Danau ini". Karena itu akan bersetuju mengatakan
Danau ini Danau yang indah atau sebutlah setuju danau ini diberi nama Danau
Indah.
Toyib atau Toyiba bahasa
Arab yang artinya indah. Apakah tidak mungkin Danau Toba itu asalnya dari Danau
Toyiba danau yang indah ? Karena keausan bahasa menjadi Danau Toba ?
2) Tentang Singa tidak ada di Nusantara
Orang Batak yang melawan
Belanda dan menjadi Pahlawan Nasional bernama Si Singamangaraja XII. Sisingamangaraja
berasal dari kata "Singa" dan "Mangaraja". Singa adalah
lambang keperkasaan dan Mangaraja asalnya dari Maha Raja pengaruh Hindu dari
Portibi.
Menjadi pertanyaan kenapa mereka memilih binatang "Singa"
lambang keperkasaan; bukan harimau (balemun) yang ada di Indonesia. Binatang
singa hanya ada di Mesir sana. Dan tidak ada cerita rakyat, yang mengesankan
ada hubungan Batak dengan Mesir pada waktu itu.
3) Tentang
Pulau Samosir
Tapanuli Utara terdiri dari 4 daerah yang tingkat kemajuan masyarakatnya
berbeda sampai kepada berakhirnya Penjajahan Belanda yaitu : Silindung, Toba,
Humbang dan Samosir. Orang Batak terutama di kampung-kampung menyebut Mesir
selalu dengan Mosir. Apakah tidak ada keausan bahasa dari "sian
Mosir" menjadi "Samosir" ?
Kalau itu terjadi dari keausan bahasa berarti sejak dari semula
Nenek-Moyang suku batak ini telah mengenal betul negeri Mesir. Begitu juga
dengan binatang-binatang yang ada di Mesir seperti Singa yang menjadi lambang
keperkasaan itu.
Keausan bahasa bisa juga terjadi pada kata "Parsia" menjadi
"Porsea" dan "al-bakara" menjadi "bakara".
"Tur" di daerah Arab sana; "Tor" kata orang Batak disini
artinya sama yaitu bukit. Baligo artinya sampai menjadi Balige.
4) Tentang
Aksara Batak
Memperhatikan aksara Batak untuk beberapa hal ada kesamaan
dengan tulisan Arab. Terutama pada sistem dan bentuk huruf-huruf yang dipakai.
Perbedaan cara menulis Arab dari kanan ke kiri, sedang pada
tulisan Batak dari kiri ke kanan. Kemudian pada huruf Arab dia berdiri pada
huruf Batak dia tertidur (horizontal). Begitu sebaliknya pada tulisan Arab
letaknya horizontal pada tulisan huruf Batak vertikal.
Atau cara penulisannya sama atau hampir sama tetapi sebutan
huruf tersebut berlainan. Sebagai contoh tabel 1.1 dibawak ini :
Tabel 1.1
Perbedaan Penulisan Huruf Arab dengan Batak
1.
|
ل
|
=
|
lam pada tulisan Arab
|
( Vertikal
)
|
|
l
|
=
|
la pada tulisan Batak
|
(Horizontal)
|
2.
|
ﻻ
|
=
|
lam alip pada tulisan Arab
|
( Vertikal
)
|
|
m
|
=
|
ma
pada tulisan Batak
|
(Horizontal)
|
3.
|
|
=
|
mim
pada tulisan Arab
|
( Vertikal
)
|
|
n
|
=
|
na pada tulisan Batak
|
(Horizontal)
|
4.
|
ﻒ
|
=
|
pha pada tulisan Arab
|
(Horizontal)
|
|
p
|
=
|
pa
pada tulisan Batak
|
(Horizontal)
|
5.
|
ۍ
|
=
|
ya pada tulisan Arab
|
(Horizontal)
|
|
y
|
=
|
ya
pada tulisan Batak
|
(Horizontal)
|
Tulisan Arab dan tulisan Israel tentunya ada perbedaan
disamping banyak pula persamaannya. Maklum mereka dari satu rumpun dan
bertetangga. Sayang Penulis tidak mengetahui tulisan Israel, sehingga tidak
dapat menggambarkan disini tentang kesamaan dan perbedaan antara tulisan Israel
dan tulisan Batak. Ada kemungkinan tulisan Bani Israel itu banyak kesamaannya
dengan tulisan Batak.
Memang ada Pengarang buku yang membuat cerita tentang kejadian dari
huruf-huruf Batak itu. Penyajian dan jalan cerita tentang kejadian dari
huruf-huruf Batak itu. Penyajian dan jalan ceritanya bagus, cuma kurang dapat
diterima akal tentang kebenaran kejadian itu dari sana. Untuk memantapkan
ingatan dan memudahkan pengajaran seperti yang dipakai pada sistem metode
global, yakni menghubungkan satu kejadian dengan huruf-huruf yang dimaksud
dapatlah itu dipergunakan.
Jadi kita Iebih yakin, bahwa aksara Batak itu sudah diketahui Nenek-Moyang
itu sejak dari negeri asalnya sebelum terjadi perpindahan ketempat baru di
Tapanuli. Perubahan ataupun penyempurnaan bisa saja terjadi di daerah baru,
karena baru teringat akan keperluan tulisan itu. setelah sekian tahun
berpindah ke tempat baru di Tapanuli itu. Maklum untuk menata kehidupan
ditempat yang baru memerlukan waktu yang lama juga. Stomach first memerlukan kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda.
Kesamaan dalam huruf ini, memberi kesan pasti ada hubungan sebelumnya
dengan orang-orang dari Arab sana. Perlu dijelaskan bahwa tulisan Batak telah
lama ada jauh sebelum agama Islam masuk ke Nusantara ini, atau sebutlah ke
daerah Tapanuli. Orang Batak pada waktu itu masih terisolir dari dunia luar.
Bagaimana bisa terjadi ada kesamaan itu ?
Satu-satunya jalan pikiran yang bisa diterima akal hanyalah yang
menyatakan si Empunya tulisan itu satu sumber atau bertetangga yang selalu
terus berhubungan. Seperti tulisan Hong Ji bangsa Jepang berasal dari China,
karena mereka bertetangga.
5) Tentang
Waktu Perpindahan
Melihat dari sudut postur tubuh bangsa Arab yang tinggi besar, batang
hidung agak bengkok dan mancung; tidak bisa diterima akal, bangsa Arab ini
keturunan Nenek Moyang suku Batak. Suku-suku bangsa yang lebih kecil didaerah
Arab adalah orang-orang Yaman dan orang Israel (Yahudi).
Postur tubuh orang Yaman termasuk Hadramaut kecil-kecil, hidung mancung,
langsing-langsing dan kulit warna kehitam-hitaman. Sedang postur tubuh
Nenek-Moyang suku Batak agak besar dan lebih kekar batang hidung agak besar dan
agak mancung, warna kulit putih.
Jadi kalau dilihat dari postur tubuh suku Batak lebih dekat kepada orang
Israel (Yahudi). Orang Israel banyak diboyong ke Mesir pada jaman Kerajaan
Mesir Kuno atau masa berkuasanya Raja-Raja Fir'aun (Pharao).
Jadi berat dugaan orang Israel yang sudah pindah ke Mesir itulah yang
masuk ke Tapanuli menjadi Nenek-Moyang Suku Batak. Terbukti dari kebiasaan
Pharao (Fir'aun) menyimpan mayat dalam pyramid yang menjadi kerja mereka dan
mungkin juga anjuran mereka. Sehingga terbawa-bawa kepada keturunan mereka suku
Batak yang suka menyimpan, tulang-tulang Nenek-Moyang dalam satu tugu.
Menurut dugaan perpindahan itu terjadi sebelum Nabi Musa mengembangkan
agama Yahudi. Sebab orang Israel sangat fanatik kepada ajaran agama yang dibawa
Nabi Musa itu, dimana pun mereka berada. Sedang pada suku Batak tidak ada
tanda-tanda kefanatikan seperti itu. Namun demikian mereka telah mengetahui
adanya Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon, Tuhan Yang Agung Yang Maha Pencipta.
Dalam mantera Sang Datu suku Batak juga selalu terpusat pada kekuasaan
Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon itu. Walaupun yang diketahui agama Nenek-Moyang
suku Batak disebut agama Sipele Begu; itu adalah pendapat orang luar.
Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon na so tar pa tu dos Manang tu aha; artinya
: Tuhan Maha Pencipta yang tidak bisa disamakan dengan apapun, jelas merupakan
ajaran tentang ke Esaan Tuhan.
Ini membuktikan Nenek-Moyang orang Batak itu sudah mengenal Tuhan Yang
Maha Esa, bukan bertuhankan Begu-Begu yang berdiam di pokok-pokok kayu. Kalau
Sang Datu meletakkan pele (sesajen) dihadapannya dibawah pokok kayu besar dan
kemudian dia membaca mantera dan berbicara sendiri ya sebutlah dengan begu itu.
Apakah sudah dapat dikatakan suku Batak pada waktu itu menganut agama Si Pele
Begu ?
Hal yang sama pada waktu ini juga banyak terjadi, di mana Sang Dukun
meletakkan sesajen di depannya dan kemudian Sang Dukun berbicara sendiri dan
kesurupan juga, tetapi orang tidak ada yang mengatakan suku itu atau Bangsa
Indonesia menganut agama Si Pele Begu.
Banyak buku yang dikarang oleh Orang Batak mencoba menerangkan tentang
agama Nenek-Moyang suku Batak ini. Ada yang mencoba menerangkan agama
Nenek-Moyang itu sama dengan kepercayaan agama hindu dengan banyak DEWA (politheisme). Ada yang mencoba
mencocok-cocokkannya dengan kepercayaan pada penganut agama Budha.
Dalam penyajiannya Pengarang tersebut membuat istilah dalam bahasa Batak
supaya meyakinkan. Tetapi apabila kita lanjutkan penyelidikan tentang yang
diterangkan dalam buku itu dan apalagi kita kaitkan dengan kebiasaan dan adat
istiadat Nenek-Moyang itu terasa tidak menyangkut tidak bertemu. Penyebabnya
kemungkinan Pengarang itu menganggap Nenek-Moyang itu masih primitip karena itu
pantaslah mereka menganut agama yang polytheisme
banyak Tuhan.
Atau mereka menganggap Nenek-Moyang suku Batak itu datangnya dari Hindia
Belakang Kocin-cina yang sudah terlebih dahulu dipengaruhi oleh agama Hindu dan
Budha. Seperti yang diajarkan di sekolah.
Demikianlah apabila kita mulai dari titik tolak yang salah, maka hasilnya
pun tidak akan kita peroleh yang benar. Debata Mula Jadi Na Bolon.
Debata tidak dapat digantikan dengan Dewa ataupun Dewata karena artinya
tidak sama dan tidak pernah itu disebut-sebut orang Batak. Inipun membuktikan
tidak ada hubungan dengan agama Budha ataupun Hindu.
Mungkin juga sewaktu mereka mencari-cari persembunyian itu dari kejaran
tentera Mesir, mereka sampai di daerah Pusuk Buhit (Puncak Bukit) dan melihat
danau yang begitu indah dan tempat persembunyian yang paling ideal, sehingga
mereka menganggap telah mendapat tuntunan dari apa yang disebutnya DEBATA.
Atas tuntunan Debata mereka telah sampai di Pusuk Buhit. Atas tuntunan
Debata mereka telah menemukan tempat persembunyian yang aman. Atas tuntunan Debata mereka telah menjumpai
pemandangan yang indah mengagumkan dari Pusuk Buhit itu.
Jadi Penyusun berpendapat yang diturunkan itu bukan orangnya tetapi yang
dimaksud adalah "TUNTUNAN" tersebut. Demikian maksud tujuan dari
kepercayaan Nenek-Moyang yang mengatakan : Orang Batak di turunkan di Pusuk
Buhit oleh Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon. Jadi arti yang dimaksud bukan
secara langsung.
Dengan adanya selalu perkataan bolon = besar = agung = maha menyertai kata
Debata, memberi kesan Debata yang dimaksud hanya Tunggal tidak ada duanya.
Jadi darisana dapat pula memberi kesan, bahwa Nenek-Moyang orang Batak
itu penganut suatu agama yang monotneistis.
Penganut agama yang monotheistis di
jazirah Arab sumbernya dari Bani Isrel. Dalam ajaran agama Kristen maupun agama
Islam mengakui itu banyak Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul di turunkan dari kalangan
Bani Israel ini.
Banyak ayat-ayat dalam AI-Qur'an yang menerangkan tentang ajaran
Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheistis)
kepada Bani Israel. Cuma Bani Israel ini selalu mengingkarinya. Umpamanya :
Surat AI-Baqarah ayat 40 s/d 96 dan Surat AI-A'raaf ayat 59 s/d 174 dalam Al
Qur’an.
Oleh karena tidak menyangka Nenek-Moyang suku Batak itu dari keturunan
Israel, maka bersalahanlah selalu penilaian kita terhadap agama yang dianut
Nenek-Moyang suku Batak ini, untuk memudahkan saja di sebut agama mereka Sipele
Begu. Padahal kepercayaan kepada Debata Mula Jadi Na Bolon itu lebih condong
kepada pengakuan terhadap Keesaan Tuhan.
Begitu juga dengan penyusunan adat Dalihan-Natolu yang begitu sempurna
untuk merapatkan hubungan manusia satu dengan manusia yang lainnya dalam sistem
kekeluargaan seakan-akan bukan karya manusia biasa. Apakah tidak mungkin itu
dibawa seorang nabi ? sebab selain dari 25 Rasul yang masih ada ratusan ribu
Nabi-nabi yang bertebar di muka bumi ini.
6) Tentang Nenek-Moyang Itu Sudah
Campuran
Pemerintah Penjajah Belanda telah berhasil menemukan
titik lemah bangsa Indonesia. Kemudian dengan memanfaatkan kelemahan itu
diaturlah politik devide et impera politik memecah belah, supaya
bangsa kita tidak bisa bersatu. Seperti : Perbedan agama sengaja
dibesar-besarkan. Bukan saja agama yang memang berbeda dipertajam, malahan
paham-paham yang terdapat dalam satu agama itu sengaja di pertentangkan.
Demikian juga antara kaum adat dan kaum ulama tidak ketinggalan
dilaga-laga. Hubungan antara Raja-Raja dan Rakyat dipisah. Cerdik
pandai yang disebut pada waktu itu kaum intelek dan Amtenar dididik dan
diusahakan Belanda supaya memandang enteng kepada Rakyat biasa.
Orang kota pandang enteng kepada orang kampung dan orang udik. Bahkan
antara daerah satu dengan daerah lain sengaja dipertentangkan Penjajah Belanda
tersebut. Mengenai usaha pemecah-belah Penjajah Belanda tersebut terhadap
daerah atau wilayah ini. Bahwa daerah Samosir sewaktu penjajahan Belanda jauh
tertinggal dalam segala hal dibanding dengan daerah daerah lainnya di Tapanuli
Utara. Mudah-mudahan sesudah kita merdeka ketinggalan itu sudah dapat dikejar.
Apa yang bisa kita ambil dari hasil penemuan Belanda yang disembunyikan
itu ? Timbul Praduga kita sebagai berikut :
Bukan tidak mungkin rombongan yang melarikan diri ke daerah Batak ini
selain dari orang-orang Israel juga turut orang Mesir, Orang Persia dan mungkin
juga orang Cina. Maklum Raja Fir'aun (Pharao) demikian besar kuasanya pada
waktu itu, bisa saja menaklukkan daerah-derah yang dikehendakinya.
Atau sebutlah ada suku Mongol yang sempat terjaring dalam kekuasaannya dan
suku Mongol tersebut diangkut ke Mesir dan kemudian turut dalam rombongan
expedisi mengambil kapur barus dan kemenyan ke Nusantara ini. Nenek-Moyang Itu
sudah mengenal Naga, binatang yang populer di daerah Cina. Di Samosir ada marga
Si Naga atau Sinaga. Tari mangompas Sabe-Sabe juga banyak menyerupai tarian
Naga dari Cina.
Setelah sampai di derah baru Tapanuli, mereka memisahkan diri, tinggal
berkelompok. Kelompok yang mereka sebut Sian Mosir. Dari sinipun menimbulkan
dugaan, bahwa mereka yang datang itu tidaklah orang Israel seluruhnya, tetapi
sudah merupakan orang campuran dari Yaman, orang Sudan, orang Israel dll.
7) Tentang
Bahasa
Bahasa
Batak ada 5 (lima) macam :
1.
Bahasa Biasa yang dipakai sehari-hari.
2.
Bahasa
Andung (makan = marsilamoton, perut = siubeon).
3.
Bahasa
Durak/Kasar (makan = dursik, perut = rojan).
4.
Bahasa
Parharangan (ular = andor, gajah = namora).
5.
Bahasa
Parkapur.
Bahasa Parkapur.
Kepercayaan orang Batak
pada kayu ada tinggal Begu. Begu adalah orang halus sama dengan
manusia ada laki-laki ada perempuan. Ada yang baik ada yang jahat. Karena pohon
kayu banyak maka Begu itupun tentu banyak. Kadang-kadang bisa terjadi Begu
dari pokok yang satu berperang dengan Begu dari kayu yang lain. Berperang
sendiri, karena ada satu sebab, atau dilaga oleh manusia.
Bahasa halusnya Begu ini disebut boru sombaon dan anak sombaon. Sombaon
terjemahan langsung disembah. Tetapi disini hanyalah nama untuk menghaluskan
saja, bukan disembah. Sama dengan Gajah disebut namora, tentunya Gajah adalah
binatang bukan orang bangsawan, Harimau disebut Raja tentunya bukan sembahan
manusia. Begu disebut boru atau anak Sombaon bukan sembahan manusia. Apalagi
tidak mungkin menjadi Tuhan manusia, sebab Begu itu bisa disuruh suruh oleh
manusia umpamanya orang lebih condong menggolongkan Begu itu jahat sehingga
orang selalu membuat penangkalnya atau antinya.
Dalam turi-turian, Bangsa Penjajah seperti Belanda, Inggris, Portugis dll.
kadang-kadang disamakan dengan Begu dan kadang-kadang dilambangkan Ulubalang.
Penjajah itu disamakan dengan Begu karena secara fisik tidak dapat dilawan.
Turi-turian adalah wayang bebernya orang Batak. Yaitu cerita
kepahlawanan bangsa Indonesia melawan bangsa Penjajah. Walaupun figur-figur
dalam cerita itu tidak langsung disebut bangsa Penjajah, tetapi mereka tahu
yang dimaksud dengan Ulubalang itu disana adalah Belanda atau Penjajah. Karena
itu pada jaman Penjajahan dulu turi-turian itu dilarang di ceritakan secara
terbuka di muka umum.
Supaya getah dari kayu barus itu banyak, haruslah Begu di pele atau
disanjung-sanjung, anak sombaon yang menghasilkan kapur penghuni kayu itu
dikawani disebut boru sombaon atau Ditinjau dari sudut bahasa ini memberi kesan
bahwa Nenek-Moyang orang Batak itu dulu kerjanya tukang mengambil getah kayu
kapur barus. Kalau tidak kenapa ada bahasa Parkapur. Ini menguatkan pendapat,
bahwa kedatangan mereka ke Tapanuli utamanya adalah untuk mengambil kapur
barus.
Sebutlah menjadi anggota rombongan expedisi Raja Pharao (Fir'aun) yang
membutuhkan kapur barus dan kemenyan sebagai bahan baku untuk pengawet
mummi-mummi tersebut.
8) Tentang
Proses Perpindahan
Proses perpindahan jika dihubung-hubungkan satu lainnya kira-kira sebagai
berikut :
Untuk memenuhi kebutuhan akan kapur-barus dan kemenyan guna keperluan
pengawetan itu, maka Raja fir'aun (Pharao) mengirim expedisi ke Nusantara ini.
Sebutlah mereka sampai di Barus. Rombongan harus turun kedarat bahkan masuk ke
tengah hutan, untuk mengambil getah kayu-kayu termaksud. Salah satu gelombang
expedisi itu membunuh tentera Mesir tersebut setelah sampai di tengah hutan.
Takut akan pengejaran tim expedisi berikutnya, maka mereka lari mencari
tempat yang aman, maka sampailah mereka di Pusuk Buhit. Disinilah terjadi
pemukiman pertama dalam menyembunyikan diri itu. Namun demikian memreka juga
sadar sesewaktu bisa saja expedisi Raja Fir’aun akan menemukan mereka. Karena
itu harus dihilangkan identitas mereka dengan menyebut :
Mereka diturunkan di Pusuk Buhit oleh Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon.
Walaupun identitas telah dihilangkan, tetapi pengejaran tentara Mesir terus
menghantui mereka. Ketakutan itu terus berlanjut sampai kepada keturunan
mereka, sehingga keturunannya, kalau
hendak mendirikan kampung harus dibarengi dengan bambu berdiri sebagai
benteng pertahanan. Inilah pula sebabnya kepada orang Batak, tanaman bambu
merupakan lambang kampung halaman (bonabulu) atau tanah air, bona ni pasogit.
Dalam sejarah dunia yang dipelajari di sekolah, ada disebut-sebut benua
Australia adalah tempat buangan bagi kerajaan Inggris yang luas pada waktu yang
lewat. Jadi bangsa Australia dengan demikian adalah keturunan orang-orang
buangan. Dunia mengatahui itu dan orang Australia sendira menyadari itu. Tetapi
orang Australia akibat dari itu berhasrat sekali untuk menyelidiki siapa itu
Nenek-Moyangnya. Bahkan bukan sampai disitu fakultas-fakultas Sejarat di
Australia telah mampu mencetak pakar-pakar sejarah yang tangguh.
Pemerintat Malaysia pernah meminta bantuan pakar-pakar sejarah Australia
ini untuk mencari data-data guna penyusunan Sejarah Kerajaan Malaysia. Team
ahli sejarah dari Austalia itu dipimpin oleh Donald Tugby.
Penulis telah membaca sejarah Kerajaan Malaysia hasil penelitian
Donald Tugby tersebut. Apa yang dapat kita petik dari pandangan dan cara pikir
orang Australia ini ? Negara Australia termasuk salah satu bangsa yang termakmur
di dunia, negaranya juga maju, bangsa Australia bangga akan itu. Namun mereka
tidak malu menyingkap sejarah asal usul mereka yang kurang baik itu (asal orang-orang
buangan).
Kenapa harus malu kalau memang sudah demikian fakta yang ada. Yang
terpenting kalau sudah diketahui titik tolak yang benar, segala sesuatu
kejadian yang berkaitan dengan itu akan diketahui pula hal kebenarannya.
Demikian kira-kira jalan pikiran bangsa Australia ini.
Mengasosiasikan kepada cara berpikir bangsa Australia tersebut, kenapa
pula orang Batak harus malu kalau ternyata Nenek-Moyang suku Batak berasal
dari Bani Israel Kuno dari Mesir sana ? Bahwa Negara kita dewasa ini tidak ada
hubungan dengan Israel bahkan lebih condong dikatakan bermusuhan itu adalah
soal politik. Berbicara soal politik hari ini bermusuhan besok sudah berkawan
begitu sebaliknya.
Sebagai contoh Negara-negara Arab pada waktu yang lewat bermusuhan dengan
Mesir pada zamannya pemerintahan Presiden Sadat, setelah Presiden Mubarak
mereka kembali berangku lan.
PLO sekarang bermusuhan dengan Israel, kita pun memihak PLO memusuhi
Israel. Dalam waktu tidak berapa lama lagi dari sekarang telah bisa diramalkan
Israel akan berbaikan dengan PLO, kalau Negara Israel telah mengakui keberadaan
Negara Palestina seperti yang dibentuk Yasser Arafat tersebut.
Jika demikian halnya kenapa kita tidak berani mencari sejarah
Nenek-Moyang kita yang benar itu ? Kita
membutuhkan titik-tolak yang benar guna menjawab hal-hal sebagai berikut :
- Dari mana datangnya adat Dalihan-Natolu yang begitu sempurna, ilmu-sosial yang mampu merapatkan hubungan manusia dalam sistem kekeluargaan itu ?
- Dari mana datangnya kepercayaan terhadap adanya Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon itu ? Na so tar pa tu dos manang tu aha ?
- Kenapa Raja-Raja orang Batak selalu didampingi Datu ? Bagaimana pula kaitannya dengan Raja-Raja Mesir atau Fir'aun (Pharao) yang selalu didampingi Datu-Datu (Ahli Sihir) ?
- Apa itu agama Sipete Begu dan bagaimana ajaran Sipele Begu itu ?
Pandangan orang
Batak kepada Begu adalah negatif. Orang Batak umumnya benci kepada Begu itu.
Begu dianggap pembawa missi kejahatan, karena itu harus di usir. Malahan ada
pencak yang disebut moncak mangayak Begu Abar. Kenapa pula disebut dalam
sejarah, Suku Batak memuja-muja Begu bahkan disebut pula Tuhannya Begu dengan
agama Sipele Begu ? Herannya tidak pula ada orang Batak yang membantah itu.
- Kenapa orang Batak merasa bangga untuk menyimpan tulang belulang Nenek-Moyangnya dalam satu tugu ? Apa pula hubungannya dengan kebiasaan Raja-Raja Mesir menyimpan mayatnya dalam pyramide ?
- Kenapa orang Batak kalau mendirikan suatu kampung harus lengkap dengan sistem pertahanan berupa bambu berduri dan parit sekeliling kampung tersebut ?
Padahal tidak
ada suatu kerajaan yang mungkin akan mengancam mereka. Puak-puak yang ada disana
yang terdiri dari orang Batak itu semuanya terikat dalam satu kekeluargaan yang
saling menyayangi sesuai dengan tuntunan adat Dalihan-Natolu. Kenapa mereka
selalu dibayangi akan diserang begitu ?
- Kenapa orang Batak ini dulunya meninggalkan daerah yang subur di daerah pantai dan memilih tempat tinggal di pegunungan di daerah gersang dan berbukit-bukit ? Pada hal mereka adalah suku petani ?
- Dari mana orang Batak mengetahui hukum perkawinan yang begitu baik dan sempurna. Seakan mereka menguasai ilmu bahwa kromosom itu baka (abadi). Sedang hukum Mendel diketahui barulah pada abad ke XX ?
Apakah tidak
mungkin Mendel juga seorang dari keturunan Israel (Yahudi), sehingga
pengetahuannya tentang ilmu keturunan yang diperkenalkan itu sudah diketahui
orangorang Israel sebelumnya ? Dus berarti satu sumber ?
Jadi baik adat
Batak dengan system perkawinannya yang teratur senpurna itu, maupun teori hukum
keturunan (genetika) dari Gregor Mendel itu bersumber dari Nenek-Moyang yang
sama.
Demikian juga dengan ilmu-sosial yang diperkembangkan Carnegie melalui
Dale Carnegie Course nya yang tidak jauh dari prinsip yang dikembangkan dalam
adat Dalihan-Natolu itu sumbernya satu dari Nenek-Moyang suku Israel.
Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab sampai sekarang ini karena
titik-tolak yang benar belum ditemukan.
Kesimpulan ;
- BEGU dalam pandangan Nenek-Moyang suku Batak adalah manusia halus yang tidak kelihatan. Sama seperti manusia mereka ada laki-laki dan ada perempuan, punya nenek dan punya raja (pimpinan).
Begu laki-Iaki
dalam bahasa halus dipangil Anak Sombaon dan yang perempuan Boru Sombaon dan
kepada rajanya dipanggil Ompung Raja Ni Begu. Begu ada yang baik dan ada pula
yang jahat. Begu dapat diperalat oleh manusia untuk menyampaikan maksudnya.
Karena manusia lebih banyak terpengaruh kepada hawa nafsu maka yang terlebih
menonjolkan ialah Begu jahat yang diperalat manusia untuk mengganggu manusia
lainnya Sehingga terkesan, bahwa manusia membenci Begu dalam keseluruhannya.
Maka dari itu dibuatlah doa-doa ataupun alat penangkal supaya Begu itu jangan
datang mengganggu.
Manusia
bisa saja mengusir Begu itu dari tempat pemukimannya ke tempat lain, atau dari
pokok kayu satu ke pokok kayu yang lain. Atau manusia bisa pula mengadu Begu
dari tempat satu dengan dari tempat Begu lain, sehingga terjadi perkelahian
Begu-Begu itu.
Dengan
demikian jelaslah, bahwa Nenek-Moyang suku Batak itu menganggap Begu itu
hanyalah alat untuk menyampaikan maksud saja. Oleh karena itu sulitlah dapat
diterima akal pendapat yang mengatakan bahwa Begu itu Tuhan dari Nenek-Moyang
suku Batak.
Apalagi
disebut sebagai penganut agama si Pele-Begu sama. sekali tidak bisa diterima;
dengan alasan seperti diterangkan diatas Begu itu hanya permainan manusia
terutama Datu-datu. Sedang manusia biasa selalu berusaha menjauhinya. Mendengar
kata Begu saja orang merasa ngeri dan muak sehingga membencinya. Bagaimana bisa
Nenek-Moyang suku Batak itu menganut agama Si Pele Begu ?
- Dengan menyebut agama dari Nenek-Moyang suku Batak itu si Pele-Begu; terkesan bahwa Nenek-Moyang tersebut sangatlah primitif. Pengetahuannya dan cara berpikirnya dengan demikian rendah yaitu hanya sepanjang jangkauan daun kayu itu saja. Sebab Begu kekuasaannya hanya sejauh itu. Kalau Tuhannya kekuasaannya hanya sejauh itu konon pula pengikutnya.
Ditambah
pula dengan anggapan; bahwa Nenek-Moyang suku Batak suka mengasingkan diri atau
isolation dan karena bertempat tinggal di tekuk-lekuk gunung itu, mengakibatkan
banyak hal-hal ataupun karya-karya dan kebiasaan Nenek-Moyang itu menjadi gelap.
Hal-hal yang menimbulkan pertanyaan yang tidak bisa terjawab. Diantaranya
sebagai contoh :
- Bagimana masyarakat yang begitu primitif sanggup menyusun adat Dalihan-Natolu yang begitu lengkap dan sempurna demikian. Suatu ilmu-sosial yang bukan saja dapat dipertandingkan biarpun pada masa kini. Malahan akan tetap unggul untuk sepanjang masa
- Gregor Mendel memperkenalkan ilmu keturunan (ilmu genetika) dengan hukum-hukum hereditasnya pada penghujung abad ke-19 Nenek-Moyang yang dianggap primitif tadi telah melaksanakannya dan menerapkannya jauh sebelumnya.
- Dll sebagainya.
- Penyusun juga menyadari dengan PRADUGA dan ASSUMSI tidaklah merupakan bukti yang menentukan sesuatu itu benar adanya. Tetapi dengan membuat hypotesa yang seperti itu akan banyak hal-hal dari Nenek-Moyang suku Batak tersebut dapat terjawab. Atau hampir semuanya dapat terjawab. Hanya satu yang tidak bisa dijawab, yaitu :
Dari PRADUGA-PRADUGA yang dibuat
mengatakan Nenek-Moyang dari suku Batak itu asalnya dari Mesir campuran Bani
Israel Kuno dan Puak-Puak lain yang ada di Mesir sewaktu berkuasa raja-raja
Fir'aun (Pharao). Dengan demikian perpindahan ke Tapanuli itu sudah terjadi
paling sedikit 3000 tahun yang silam.
Sedang
apabila dihitung dari silsilah orang Batak paling tinggi ada 35 generasi.
Sebutlah 40 tahun satu generasi maka itu berarti, orang Batak baru menempati
Tapanuli ± 1400 tahun yang Ialu. Jadi masih ada gap ± 1500 tahun lagi.
Tetapi
mengingat tidak ada seorangpun yang mengatakan orang yang tercantum datam
silsilah tarombo itu, dialah manusia oranq Batak yang diturunkan di Sianjur
Mula Jadi. Maka Nenek-Moyang orang Batak yang diturunkan oleh Tuhan Debata Mula
Jadi Nabolon tersebut masih belum tercantum dalam silsilah tarombo yang dibuat.
Dus masih ada gap antara Nenek-Moyang itu datang ke Tapanuli dan silsilah
tarombo itu dibuat/disusun.
Dengan demikian PRADUGA masih bisa dipegang.
Demikiantlah pendapat Penyusun tentang Nenek-Moyang tersebut selanjutnya
mari kita serahkan kepada pakar-pakar Sejarah untuk mencari kebenarannya. Mudah-mudahan
apa yang dimajukan dalam praduga diatas dapat membantu sebagai petunjuk.
D. Suku Batak Tapanuli Selatan
Suku
bangsa Batak Tapanuli Selatan tarbagi opat bagian bahasa ima ;
1. Angkola
2. Sipirok
3. Padang Lawas
4. Padang Lawas Utara
5. Mandailing Natal
Bahasa ima na ita pargunaon sahari-hari conto tu giot
marusaho, tu giot maridi, bahasa na jeges mamake bahasa na santun dohot na pake
hata-hata na halus anso tabo begeon, jop roha mambege asa mandohonisa.
Dungi adong do tulisan na di dokon huruf Batak, huruf
Batak adong 21 hurup, huruf godang (huruf capital) inda adong di huruf Batak,
huruf “i” dohot “u” inda pola dolombok di ginjang nai.
Salain sian na dua i tola di tambah disabah buning
dohot mambaen tanda ginjang huruf-huruf nobat.
- Bahasa
- Tulisan
- Adat Istiadat
- Kebudayaam
- Masa-masa waktu, dan
- Mata angin
1)
Bahasanya antara
lain pada table 1.2 sebagai berikut di bawah ini :
Tabel 1.2
Bahasa Sehari-hari Batak Tapanuli
Selatan
No
|
BAHASA
|
||
Sehari
–hari
|
Halus /
Andung
|
Indonesia
|
|
1
|
Ulu
|
Simanjujung
|
Kepala
|
2
|
Mata
|
Simanyolong
|
Mata
|
3
|
Pinggol
|
Simanangi
|
Kuping
|
4
|
Botohon
|
Simangido
|
Tangan
|
5
|
Pat
|
Simanjojak
|
Kaki
|
6
|
Butuha
|
Boltok Siubeon
|
Perut
|
7
|
Sere
|
Omas Sigumorsing
|
Emas
|
8
|
Bagas
|
Bagas Parpindahon
|
Rumah
|
9
|
Indahan
|
Silamoton
|
Nasi
|
10
|
Mangan
|
Marpanyogon
|
Makan
|
11
|
Burangir
|
Simanggurak
|
Sirih
|
12
|
Mate
|
Magomarobur
|
Meninggal
|
2)
Surat Batak
Surat Batak
adalah nama aksara yang digunakan untuk
menuliskan bahasa Batak.
Surat Batak masih berkerabat dengan aksara Nusantara lainnya. Aksara ini
memiliki beberapa varian bentuk, tergantung bahasa dan wilayah. Secara garis
besar, ada lima varian surat Batak di Sumatra, yaitu Karo, Toba, Dairi,
Simalungun, dan Mandailing. Aksara ini wajib diketahui oleh para datu,
yaitu orang yang dihormati oleh masyarakat Batak karena menguasai
ilmu sihir, ramal, dan penanggalan. Kini, aksara ini masih dapat ditemui dalam
berbagai pustaha, yaitu kitab
tradisional masyarakat Batak. Berikut di bawah ini surat pustaha Batak Tapanuli
Selata (Mandailing) :
a ha
na ma
nga la pa
ga ja u
da
a h n
m < l
p g j U d
i ya
ba ta ra
ka ca sa
nya wa
I y b t
r c
s w
u da
a ha na
ma nga la
pa
U d a
h n m
< l p
ga ja
i ya ba
ta ra ka
g j y
b t r
ca sa
nya wa
c s
[ w
c
c c
3)
Ciri khas surat
Batak
Surat Batak adalah sebuah jenis aksara yang disebut abugida, jadi
merupakan sebuah perpaduan antara alfabet
dan aksara suku kata. Setiap karakter telah mengandung sekaligus konsonan dan vokal dasar. Vokal dasar ini adalah bunyi [a].
Namun dengan tanda diakritis atau apa yang disebut anak ni
surat dalam bahasa Batak, maka vokal ini bisa diubah-ubah.
Huruf vokal
dan konsonan dalam aksara
Batak diurut menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: a, ha, ka, ba, pa, na, wa,
ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, nya, ca, nda, mba, i, u. Aksara Batak
biasanya ditulis pada bambu/kayu. Penulisan dimulai dari bawah ke atas, dan
baris dilanjutkan dari kiri ke kanan.
4)
Jenis Aksara dan
Penyebaran
Setiap bahasa Batak memiliki varian Surat Batak sendiri-sendiri.
Namun varian-varian ini tidaklah terlalu berbeda satu sama lain. Ada empat
varian Surat Batak yang utama, sesuai rumpun
bahasa Batak, yaitu: Karo (Sumatra Tengah dan Utara), Toba (Sumatra
Utara), Dairi (juga disebut Pakpak; Sumatra Utara), Simalungun atau Timur (juga
disebut Simelungan; Sumatra Utara), dan Mandailing (Sumatra Utara).
5)
Penggunaan
Surat Batak zaman dahulu kala digunakan untuk menulis
naskah-naskah Batak yang di antaranya termasuk buku dari kulit kayu yang
dilipat seperti akordeon. Dalam bahasa Batak buku tersebut dinamakan pustaha. Pustaha-pustaha
ini yang ditulis oleh datu (dukun) berisikan
penanggalan dan ilmu nujum.
Penulisan
huruf surat batak secara garis besar terbagi dalam dua kategori, yaitu ina
ni surat dan anak ni surat.
6)
Ina ni surat
Ina ni surat merupakan huruf-huruf pembentuk dasar huruf aksara
Batak. Selama ini, ina ni surat yang dikenal terdiri dari: a, ha/ka, ba, pa,
na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, ya, nya, ca, nda, mba, i, u.
Nda dan Mba adalah konsonan rangkap yang hanya ditemukan dalam variasi Batak
Toba. Huruf batak terdiri dari 23 buah huruf, yaitu ;
Tabel 1. 3
Huruf Batak
No
|
Alfabet
Latin |
Surat Batak
|
|||||||||
Karo
|
Toba
|
Dairi
|
Simalungun/
Timur |
Mandailing
|
|||||||
1
|
a
|
|
|
|
|
|
|||||
2
|
ha
|
|
|
|
|
|
|||||
3
|
ka
|
|
|
|
|
|
|||||
4
|
ba
|
|
|
|
|
|
|||||
5
|
pa
|
|
|
|
|
|
|||||
6
|
na
|
|
|
|
|
|
|||||
7
|
wa
|
|
|
|
|
|
|
||||
8
|
ga
|
|
|
|
|
|
|||||
9
|
ja
|
|
|
|
|
|
|||||
10
|
da
|
|
|
|
|
|
|||||
11
|
ra
|
|
|
|
|
|
|||||
12
|
ma
|
|
|
|
|
|
|||||
13
|
ta
|
|
|
|
|
|
|
||||
14
|
sa
|
|
|
|
|
|
|||||
15
|
ya
|
|
|
|
|
|
|||||
16
|
nga
|
|
|
|
|
|
|||||
17
|
la
|
|
|
|
|
|
|||||
18
|
nya
|
|
|
|
|
|
|||||
19
|
ca
|
|
|
|
|
|
|
||||
20
|
nda
|
|
|
||||||||
21
|
mba
|
|
|
||||||||
22
|
i
|
|
|
|
|
|
|||||
23
|
u
|
|
|
|
|
|
|||||
Huruf besar dalam
surat batak tidak ada, huruf “i” dan huruf “u” (pada no 22 dan 23), tidak boleh
ditambah atasnya tanda untuk merobah bunyinya; kedua huruf itu tetap berbunyi
“i” dan “u”
Dan selain dari huruf
yang dua tersebut boleh dirobah bunyinya dengan memberi tanda diatas
huruf-huruf tersebut antara lain sebagai contoh;
Tabel 1.4
Contoh Huruf
Batak Bunyinya Berubah
1
|
|
= na
ra ka |
2
|
|
= na
rak |
3
|
|
= ne
re ke |
4
|
|
= nang
rang kang |
5
|
|
= neng
reng keng |
6
|
|
= nu
ru ku |
7
|
|
= ni
ri ki |
8
|
|
= no ro
ko |
Keterangan ;
1.
|
|
= a |
2.
|
|
= ae |
3.
|
|
= ai |
4.
|
|
= ao |
Perhatikanlah kalimat huruf Batak ini semuanya di
tulis = “na
ra ka”, tapi sesudah di berikan
tanda huruf tersebut, maka bunyinya menjadi berubah.
7)
Anak ni surat
Anak ni surat
dalam aksara batak adalah komponen fonetis yang disisipkan dalam ina ni
surat (yang juga disebut tanda diakritik) yang berfungsi untuk mengubah
pengucapan/lafal dari ina ni surat. Tanda diakritik tersebut dapat
berupa tanda vokalisasi,
nasalisasi, atau frikatif. Anak ni
surat ini terdiri dari:
·
Bunyi [e] (hatadingan)
·
Bunyi [ŋ] (paminggil)
·
Bunyi [u] (haborotan)
·
Bunyi [i] (hauluan)
·
Bunyi [o] (sihora)
·
Pangolat (tanda untuk menghilangkan bunyi [a] pada ina ni surat)
Seperti
halnya ina ni surat, anak ni surat dalam aksara Batak juga
disusun menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: [e], [i], [o], [u], [ŋ], [x]. Tanda diakritik juga memiliki varian bentuk antara
suatu daerah dengan daerah lainnya yang menggunakan aksara yang sama. Di bawah
ini disajikan contoh penggunaan tanda diakritik dengan huruf Ka, dan varian
tanda pangolat.
Tabel 1.5
Huruf Batak
Memiliki Varian Tanda Pangolat
No
|
Transliterasi
Latin |
Surat Batak
|
||||||
Karo
|
Toba
|
Dairi
|
Simalungun/
Timur |
Mandailing
|
||||
1
|
ke
|
|
|
|
|
|
||
2
|
ké
|
|
|
|
|
|
||
3
|
ki
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
ko
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
kou
|
|
|
|
||||
6
|
ku
|
|
|
|
|
|
||
7
|
kang
|
|
|
|
|
|
||
8
|
kah
|
|
|
|
|
|
Pangolat (peniada vokal) dalam surat Batak
|
||||
Karo
|
Toba
|
Dairi
|
Simalungun/
Timur |
Mandailing
|
|
|
|
|
|
8) Adat Istiadat ; antara lain
Mengadakan upacara-upacara adapt sewaktu mengawinkan
anak, upacara memberangkatkan orangtua yang meninggal ke kubur, anak yang
lahir, memasuki rumah baru, dan lain-lain.
9) Kebudayan; antara lain
Gendang dengan tor-tornya, sitogol, onang-onang,
martulilla, marjenggong, marbondang, mangkusip atau martandang dan lain
sebagainya.
10) Masa Waktu; masa waktu sehari semalam antara lain.
-
Jam 01.00 =
Tahuak Manuk Saholi
-
Jam 02.00 = Tahuan Manuk Paduahon
-
Jam 03.00 =
Haroro Ni Panakko
-
Jam 04.00 =
Boha=boha Ijuk
-
Jam 05.00 =
Sogot
-
Jam 06.00 =
bincar (terbit) matahari
-
Jam 07.00 = Sogot ni paninggala
-
Jam 08.00 = Pangului
-
Jam 09.00 = Tarbakta Raja
-
Jam 10.00 = Sagang
-
Jam 11.00 = Humara Hos
-
Jam 12.00 = Hos
-
Jam 13.00 = Guling
-
Jam 14.00 = Guling
Duo
-
Jam 15 .00 =
Sagala
-
Jam 16 .00 =
Dua Gala
-
Jam 17.00 = Potang
-
Jam 18.00 = Sundut (Terbenam)
-
Jam 19.00 = Ragat Mangan
-
Jam 20.00 = Tukkap Udon
-
Jam 21.00 = Parpodom Ni Daganak
-
Jam 22.00 = Ragat Modom
-
Jam 23.00 = Ragat Modom na Bagas
-
Jam 24.00 = Tonga Borngin
Waktu Seminggu ; Masa waktu seminggu tidak ada dalam
budaya Batak, umpamanya, Minggu, senin, Selasa dan seterusnya. Waktu sebulan
yaitu ;
Tanggal 01 =
|
Adittia
|
Tanggal 16 =
|
Simaniholom
|
Tanggal 02 =
|
Suma
|
Tanggal 17 =
|
Anggara ni holom
|
Tanggal 03 =
|
Anggara
|
Tanggal 18 =
|
Muda ni holom
|
Tanggal 04 =
|
Muda
|
Tanggal 19 =
|
Boraspati ni holom
|
Tanggal 05 =
|
Boraspati
|
Tanggal 20 =
|
Sikkora moro turun
|
Tanggal 06 =
|
Sikkora
|
Tanggal 21 =
|
Samirasa moro turun
|
Tanggal 07 =
|
Samirasa
|
Tanggal 22 =
|
Attain ni angga
|
Tanggal 08 =
|
Attian ni aek
|
Tanggal 23 =
|
Suma ni mate
|
Tanggal 09 =
|
Suma ni mangadop
|
Tanggal 24 =
|
Anggara na begu
|
Tanggal 10 =
|
Anggara sappulu
|
Tanggal 25 =
|
Muda na mate
|
Tanggal 11 =
|
Muda ni mangadop
|
Tanggal 26 =
|
Boraspati nigok
|
Tanggal 12 =
|
Boraspati ni takkup
|
Tanggal 27 =
|
Sikkora duduk
|
Tanggal 13 =
|
Sikkora pasura
|
Tanggal 28 =
|
Samirasa bulan mate
|
Tanggal 14 =
|
Samirasa pusara
|
Tanggal 29 =
|
Hurung
|
Tanggal 15 =
|
Tula
|
Tanggal 30 =
|
Rikkar
|
11) Mata Angin
Mata angina di suku bangsa Batak terdapat 8 penjuru.
Dalam upacara-upacara Adat selalu disebut-sebut, di / ke Desa Nawalu, maksudnya
di /ke Desa yang ada disekitar yang 8 (delapan) penjuru atau walu penjuru.2
Tabel
1.6
Nama Mata Angin Bangsa Batak
No
|
Mata Angin
|
Bahasa Batak
|
1
|
Timur
|
Purba
|
2
|
Tenggara
|
Anggoni
|
3
|
Selatan
|
Dengsina
|
4
|
Barat
Daya
|
Nariti
|
5
|
Barat
|
Pastima
|
6
|
Barat
Laut
|
Manyabia
|
7
|
Utara
|
Utara
|
8
|
Timur
Laut
|
Irisana
|
Contoh Tulis Batak ;
Songon
on mada surat Batak
Tarpasia
jari ma anso diboto
Didokkon
iba halak Batak
Surat
Batak, hape nada diboto
so<no\ ano\ md Srt\ btk\
tr\psia jri m an\so diboto
dido<kno\ Ib hlk\ btk\
Srt\ btk\, hpe nd diboto
Daganaktak
polu mamboto surat Batak
Momo
do on parsiajaran
Marsiajar
nada pola ulu botak
Momo
songon namangalombut kudo hajaran
Daganaktak polu mamboto surat Batak
Momo do on parsiajaran
Marsiajar nada pola ulu botak
Momo songon namangalombut kudo hajaran
Suku
bangsa Batak Tapanuli
Semuanya
mempunyai marga
Menurut
marga Bapaknya sudah pasti
Walau
dimana pun dia berada
Suku bangsa Batak Tapanuli
Semuanya mempunyai marga
Menurut marga Bapaknya sudah pasti
Walau dimana pun dia berada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar