Sabtu, 09 Januari 2016

Buku Bona Bulu Bab- I







BAB I
        SILSILAH NENEK MOYANG SUKU BATAK

A.      Ompunta di Tapanuli Selatan
Sesungguhnya Nenek-Moyang disini hanyalah terjamahan dari istilah yang biasa disebut-sebut dalam bahasa adat dengan Ompunta Na Robian. Adat ni Ompunta na robian na hita pasuman-suman saonari, artinya ; adat orang-orang dulu-dulu yang sekarang dicoba mengikutinya sesuai dengan Adat yang asli itu. Jadi ada pengakuan terus terang bahwa yang dilaksanakan bukan adat asli 100%. Kenapa demikian ?
Orang dulu-dulu itu membuka pintu kepada penyesuaian kepada situasi dan kondisi setempat boleh dirubah asal tidak melanggar maksud dan tujuan adat itu sendiri. Pintu yang dimaksud itu tercantum dalam Pago-Pago ni Paradaton (Peraturan adat ) yang disebut UGARI. Yakni kebiasaan setempat yang diangkat menjadi hukum yang harus dituruti.
Kembali kepada Ompunta na robian, Penyusun terjemahkan saja kepada Nenek-Moyang. Tanpa di diduga banyak datang pertanyaan siapa Nenek Moyang itu. Pada hal setiap ada acara-acara adat yang Penyusun tradisi selalu menye­but-nyebut adat ini Ompunta narobian, tetapi Penyusun tidak pernah mendengar ada orang yang bertanya siapa na robian itu.
Mendengar pertanyaan itu tentu saja Penyusun menjadi ke bingungan. walaupun Penyusun selalu mengatakan Ompunta  na robian, tetapi Penyusun tidak pernah berpikir untuk menyelidikinya.
Yang jelas bahwa terjamahan yang paling tepat dengan Ompunta na robian hanyalah Nenek-Moyang. Orang dulu-dulu yang menurunkan masyarakat Tapanuli Selatan, pada kasusnya umumnya orang Batak.
Pangupa adalah sebagian kecil dari adat yang diagungkan di dalam Adat Dalihan-Natolu. Adat Dalihan-Natolu itu bukan saja ada di Tapanuli Selatan, tetapi juga ada di Tapanuli Utara, Simalungun, Karo dll. Cuma penekanan ten­tang pelaksanaannya ada berlebih kurang. Di Tapanuli Sela­tan adat Dalihan-Natolu itu berkembang dan lebih hidup, tidak lain karena di daerah ini masyarakatnya banyak yang beragama Islam. Ajaran agama Islam dan tuntunan adat itu hampir sama dan kadang-kadang bisa identik.


B.      Hombar Do Adat Dohot Ibadat
Baik tuntunan adat maupun ajaran agama Islam kedua-dua­nya sama mendidik manusia berbudi luhur, bersopan santun, berkasih sayang dan berbuat baik terhadap sesama manusia, dengan pelaksanaan secara ikhlas.
Bedanya hanya pada ajaran Islam seseorang itu harus perca­ya bahwa ada Tuhan Yang Maha Tahu, atas setiap apa yang dikerjakan seseorang. Akibatnya orang itu takut mengerjakan hal-hal yang salah yang menimbulkan dosa dan berlomba mengerjakan yang baik karena akan mendapat pahala seba­gai imbalannya.
Pada tuntunan adat manusia satu terikat dengan manusia lain dalam suatu keluarga. Istilah, "Hormat kepada Mora", "Elek Maranakboru", dan "Manat-manat Markahanggi", mem­beri gambaran adanya urusan/wewenang seseorang untuk mencampuri hal orang lain dalam kehidupan ini. Lebih dite­kankan lagi adat yang sifatnya kolektif, semua kepunyaan bersama menunjukkan seseorang mempunyai kepentingan kepada orang lain, kepentingan yang sudah jelas diatur oleh adat.
Umpam­anya : Anakta artinya anak bersama, maksudnya semua orang berkewajiban untuk menegor anak itu jika berbuat salah dan begitu juga berke­wajiban melindungi anak itu dari ancaman bahaya. Demikian juga untuk menuntun anak itu sehingga menjadi anak yang baik.
Jadi dari kedua pedoman itu dapat disimpulkan pada ajaran agama Islam ada pengontrolan diri atau self-kontrol, sedang pada tuntunan adat ada pengontrolan sesama manusia atau sosial kontrol.
Namun kedua perbedaan ini bermuara kepada satu tujuan untuk meningkatkan moral dan mutu kemanusiaan seseorang. Salah satu persamaan yang paling mendasar, keduanya sama-sama bertolak memperkenalkan kepada manusia tentang ma­na yang salah mana yang benar, mana yang hak mana yang bathil dalam kehidupan ini.
Kesalahan yang terjadi kebanyakan disebabkan kurang pandai membaca. "Iqroq" menurut ajaran Islam, "Sise" menurut tun­tunan adat.
Persamaan pengajaran dari keduanya memberi petunjuk, bah­wa bukan tidak mungkin kalau keduanya baik ajaran Islam maupun tuntunan adat itu datang dari sumber yang sama satu sumber.
Dua orang ahli silat setelah memperagakan jurus lang­kah yang dimilikinya segera diketahui apakah mereka berdua seperguruan atau tidak. Melihat kepada hal tersebut, karena banyaknya kesa­maan dalam metode approach baik pada ajaran Islam mau­pun pada tuntunan adat untuk meninggikan kwalitas manusia itu menimbulkan dugaan dan pertanyaan. Apakah tidak mungkin tuntunan adat dari masyarakat Tapanuli Selatan itu datangnya dari Benua Arab sana ?
Sebab ajaran Islam datangnya dari sana. Jika demikian hal­nya, maka pada ajaran Islam agama itu yang masuk ke Indonesia ini, tetapi pada tuntunan adat baru diterima akal logika, kalau orang sana yang berpindah membawa adatnya ke Ta­panuli. Dengan kata lain perkataan dugaan kita Nenek-Moyang suku Batak adalah salah satu suku di negeri Arab sana karena sesuatu sebab datang ke Tapanuli.
C.      Praduga Atau Asumsi
Suatu hal yang sudah pasti yang tidak diperbantahkan lagi bahwa suku Batak termasuk suku yang tertua yang mendiami Nusantara ini.
Agama Islam masuk ke Indonesia ada yang mengatakan tahun 7 H, sudah ada pula yang mengatakan tahun 2 H. Yang jelas tahun 7 H sudah ada Kerajaan Islam yang besar di Barus, tetapi tidak tercantum dalam sejarah Indonesia yang dipelajari di sekolah. Buktinya adalah pekuburan yang ada di Barus tempatnya di Mahligai; satu pegunungan penuh dengan pekuburan yang batu-batu nisannya terbuat dari pualam yang bermutu tinggi. Di tempat tersebut dan pada bebe­rapa tulisan Arab jelas terbaca disebut-sebut daerah itu negeri Fansur.
Dari sini dapat dipetik kesimpulan, bahwa jauh sebelum Agama Islam masuk ke Indonesia ini, dunia Arab telah la­ma mengenal Barus. Mungkin saja ribuan tahun sebelum Masehi dunia Arab telah mengenal Barus.
Alasannya cukup kuat. Bahwa Barus mungkin pada waktu itu menjadi pelabuhan tempat pengeluaran "kapur-barus" dan "kemenyan" dari pedalaman Tapanuli. Bahan baku yang sa­ngat dibutuhkan Raja Mesir untuk mengawetkan mummi-­mummi mereka.
Kepercayaan masyarakat di daerah Batak yang sudah berurat berakar terutama bagi yang tua-tua, bahwa orang Batak itu diturunkan di Pusuk Buhit oleh Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon. Artinya : Orang Batak itu diturunkan di gunung Pusuk Buhit oleh Tuhan Maha Pencipta. Keyakinan ini berarti orang Batak menolak pendapat apa yang dipelajari di sekolah, bahwa bangsa Indonesia datang dari Hindia Belakang, Kocincina dll.
Suatu hal yang pasti orang batak lebih tahu dari mana asal usul mereka dibanding pengetahuan orang luar terhadap me­reka. Pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah-sekotah juga masih belum lengkap mencantumkan sejarah Indonesia yang sebenarnya.
Umpamanya tentang kerajaan Fansur yang di Barus itu tidak ada atau tidak lengkap, sedang buktinya ataupun peningga­lannya jelas ada, tidak dapat dibantah.
Demikian juga dengan candi Portibi dan lain-lain candi yang bertebar di Tapanuli selatan, candinya ada tetapi bagaimana ceritanya, dari mana datangnya dan kemana hilangnya bangsa itu tidak diketahui.
Begitupun Gajah mada, Patih kerajaan Mojopahit yang ter­masyhur itu, keberadaannya ada dalam sejarah, tetapi dari­mana datangnya dan dimana hilangnya tidak diketahui. Jelasnya kita masih menerima begitu saja sejarah yang di­tinggalkan Penjajah Belanda tanpa melanjutkan menyelidiki kebenaran sejarah yang ditinggalkan Penjajah Belanda itu.
Orang Batak terutama yang tua-tua mengatakan Nenek Moyang mereka diturunkan di Pusuk Buhit oleh Mulajadi Na Bolon.
Ditinjau dari berbagai hal legenda ini tentu tidak dapat diterima akal sehat. Malahan didalam legenda itu seakan tersimpan suatu teka-teki. Orang Batak itu seakan menghi­langkan identitas Nenek-Moyang mereka. Kenapa ?. Ini bisa juga sebagai kunci pembuka cerita.
Mungkin Nenek-Moyang itu pelarian, orang yang dike­jar-kejar. Domisili mereka dilekuk gunung pada punggung Bukit Barisan dan di daerah gersang itu menguatkan pradu­ga tersebut. Pendatang biasanya datang dari pantai dan daerah pantai lebih subur dari daerah pegunungan. Kenapa mereka meninggalkan daerah pantai yang subur itu dan memilih daerah gersang di pegunungan itu ? Tentu ada sebab musababnya.
Identitas bisa dihilangkan, tetapi kebudayaan, kebiasaan dan bahasa dapat memperkenalkan seseorang itu atau suku mau­pun bangsa. Adapun beberapa praduga mengenai suku Batak sebagai berikut :
1)   Tentang Nama Danau Toba
Pusuk Buhit yang diakui sebagai tempat pertama ter­letak di dataran tinggi sekitar Tele. Pemandangan ke Danau Toba dari Tele ini apalagi dari Pusuk Buhit sangat menak­jubkan sungguh indah. Pemandangan Danau Toba dari Para­pat belum apa-apa dibanding dari Tele ini.
Siapapun orang yang memandang Danau Toba dari Tele apalagi dari Pusuk Buhit pasti akan berkata : "Alangkah indahnya Danau ini". Karena itu akan bersetuju mengatakan Danau ini Danau yang indah atau sebutlah setuju danau ini diberi nama Danau Indah.
Toyib atau Toyiba bahasa Arab yang artinya indah. Apakah tidak mungkin Danau Toba itu asalnya dari Danau Toyiba danau yang indah ? Karena keausan bahasa menjadi Danau Toba ?
2)   Tentang Singa tidak ada di Nusantara
Orang Batak yang melawan Belanda dan menjadi Pah­lawan Nasional bernama Si Singamangaraja XII. Sisingamangaraja berasal dari kata "Singa" dan "Ma­ngaraja". Singa adalah lambang keperkasaan dan Mangaraja asalnya dari Maha Raja pengaruh Hindu dari Portibi.
Menjadi pertanyaan kenapa mereka memilih binatang "Singa" lambang keperkasaan; bukan harimau (balemun) yang ada di Indonesia. Binatang singa hanya ada di Mesir sana. Dan tidak ada cerita rakyat, yang mengesankan ada hubu­ngan Batak dengan Mesir pada waktu itu.
3)   Tentang Pulau Samosir
Tapanuli Utara terdiri dari 4 daerah yang tingkat ke­majuan masyarakatnya berbeda sampai kepada berakhirnya Penjajahan Belanda yaitu : Silindung, Toba, Humbang dan Samosir. Orang Batak terutama di kampung-kampung menyebut Mesir selalu dengan Mosir. Apakah tidak ada keausan bahasa dari "sian Mosir" menjadi "Samosir" ?
Kalau itu terjadi dari keausan bahasa berarti sejak dari semula Nenek-Moyang suku batak ini telah mengenal betul negeri Mesir. Begitu juga dengan binatang-binatang yang ada di Mesir seperti Singa yang menjadi lambang keperkasaan itu.
Keausan bahasa bisa juga terjadi pada kata "Parsia" menjadi "Porsea" dan "al-bakara" menjadi "bakara". "Tur" di daerah Arab sana; "Tor" kata orang Batak disini artinya sama yaitu bukit. Baligo artinya sampai menjadi Balige.
4)   Tentang Aksara Batak
Memperhatikan aksara Batak untuk beberapa hal ada kesamaan dengan tulisan Arab. Terutama pada sistem dan bentuk huruf-huruf yang dipakai.
Perbedaan cara menulis Arab dari kanan ke kiri, sedang pada tulisan Batak dari kiri ke kanan. Kemudian pada huruf Arab dia berdiri pada huruf Batak dia tertidur (horizontal). Begitu sebaliknya pada tulisan Arab letaknya horizontal pa­da tulisan huruf Batak vertikal.
Atau cara penulisannya sama atau hampir sama tetapi se­butan huruf tersebut berlainan. Sebagai contoh tabel 1.1 dibawak ini :











Tabel 1.1
Perbedaan Penulisan Huruf Arab dengan Batak

1.
ل
=
lam      pada tulisan Arab
( Vertikal )

l
=
la     pada tulisan Batak
(Horizontal)
2.
=
lam alip pada tulisan Arab
( Vertikal )

m
=
ma   pada tulisan Batak
(Horizontal)
3.
            
=
mim  pada tulisan Arab
( Vertikal )

n
=
na  pada tulisan Batak
(Horizontal)
4.
=
pha pada tulisan Arab
(Horizontal)

p
=
pa  pada tulisan Batak
(Horizontal)
5.
ۍ
=
ya pada tulisan Arab
(Horizontal)

y
=
ya  pada tulisan Batak
(Horizontal)


Tulisan Arab dan tulisan Israel tentunya ada perbeda­an disamping banyak pula persamaannya. Maklum mereka dari satu rumpun dan bertetangga. Sayang Penulis tidak mengetahui tulisan Israel, sehingga ti­dak dapat menggambarkan disini tentang kesamaan dan perbedaan antara tulisan Israel dan tulisan Batak. Ada kemungkinan tulisan Bani Israel itu banyak kesamaannya de­ngan tulisan Batak.
Memang ada Pengarang buku yang membuat cerita tentang kejadian dari huruf-huruf Batak itu. Penyajian dan jalan cerita tentang kejadian dari huruf-huruf Batak itu. Penyajian dan jalan ceritanya bagus, cuma kurang dapat di­terima akal tentang kebenaran kejadian itu dari sana. Untuk memantapkan ingatan dan memudahkan pengajaran seperti yang dipakai pada sistem metode global, yakni menghubungkan satu kejadian dengan huruf-huruf yang dimaksud dapatlah itu dipergunakan.
Jadi kita Iebih yakin, bahwa aksara Batak itu sudah diketahui Nenek-Moyang itu sejak dari negeri asalnya sebe­lum terjadi perpindahan ketempat baru di Tapanuli. Peruba­han ataupun penyempurnaan bisa saja terjadi di daerah baru, karena baru teringat akan keperluan tulisan itu. sete­lah sekian tahun berpindah ke tempat baru di Tapanuli itu. Maklum untuk menata kehidupan ditempat yang baru me­merlukan waktu yang lama juga. Stomach first memerlukan kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda.
Kesamaan dalam huruf ini, memberi kesan pasti ada hubungan sebelumnya dengan orang-orang dari Arab sana. Perlu dijelaskan bahwa tulisan Batak telah lama ada jauh sebelum agama Islam masuk ke Nusantara ini, atau se­butlah ke daerah Tapanuli. Orang Batak pada waktu itu masih terisolir dari dunia luar. Bagaimana bisa terjadi ada kesamaan itu ?
Satu-satunya jalan pikiran yang bisa diterima akal hanyalah yang menyatakan si Empunya tulisan itu satu sumber atau bertetangga yang selalu terus berhubungan. Seperti tulisan Hong Ji bangsa Jepang berasal dari China, karena mereka bertetangga.
5)   Tentang Waktu Perpindahan
Melihat dari sudut postur tubuh bangsa Arab yang tinggi besar, batang hidung agak bengkok dan mancung; tidak bisa diterima akal, bangsa Arab ini keturunan Nenek ­Moyang suku Batak. Suku-suku bangsa yang lebih kecil didaerah Arab ada­lah orang-orang Yaman dan orang Israel (Yahudi).
Postur tubuh orang Yaman termasuk Hadramaut kecil-kecil, hidung mancung, langsing-langsing dan kulit warna kehitam-­hitaman. Sedang postur tubuh Nenek-Moyang suku Batak agak besar dan lebih kekar batang hidung agak besar dan agak man­cung, warna kulit putih.
Jadi kalau dilihat dari postur tubuh suku Batak lebih dekat kepada orang Israel (Yahudi). Orang Israel banyak diboyong ke Mesir pada jaman Kerajaan Mesir Kuno atau masa berkuasanya Raja-Raja Fir'aun (Pharao).
Jadi berat dugaan orang Israel yang sudah pindah ke Mesir itulah yang masuk ke Tapanuli menjadi Nenek-Moyang Suku Batak. Terbukti dari kebiasaan Pharao (Fir'aun) menyimpan mayat dalam pyramid yang menjadi kerja mereka dan mungkin juga anjuran mereka. Sehingga terbawa-bawa kepada keturunan mereka suku Batak yang suka menyimpan, tulang-tulang Nenek-Moyang dalam satu tugu.
Menurut dugaan perpindahan itu terjadi sebelum Nabi Musa mengembangkan agama Yahudi. Sebab orang Israel sangat fanatik kepada ajaran agama yang dibawa Nabi Musa itu, dimana pun mereka berada. Sedang pada suku Batak tidak ada tanda-tanda kefanatikan seperti itu. Namun demikian mereka telah mengetahui adanya Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon, Tuhan Yang Agung Yang Maha Pencipta.
Dalam mantera Sang Datu suku Batak juga selalu terpusat pada kekuasaan Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon itu. Walaupun yang diketahui agama Nenek-Moyang suku Batak disebut agama Sipele Begu; itu adalah pendapat orang luar.
Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon na so tar pa tu dos Manang tu aha; artinya : Tuhan Maha Pencipta yang tidak bisa disamakan dengan apapun, jelas merupakan ajaran ten­tang ke Esaan Tuhan.
Ini membuktikan Nenek-Moyang orang Batak itu sudah me­ngenal Tuhan Yang Maha Esa, bukan bertuhankan Begu-Begu yang berdiam di pokok-pokok kayu. Kalau Sang Datu meletakkan pele (sesajen) dihadapannya dibawah pokok kayu besar dan kemudian dia membaca man­tera dan berbicara sendiri ya sebutlah dengan begu itu. Apakah sudah dapat dikatakan suku Batak pada waktu itu menganut agama Si Pele Begu ?
Hal yang sama pada waktu ini juga banyak terjadi, di mana Sang Dukun meletakkan sesajen di depannya dan kemudian Sang Dukun berbicara sendiri dan kesurupan juga, tetapi orang tidak ada yang mengatakan suku itu atau Bangsa Indonesia menganut agama Si Pele Begu.
Banyak buku yang dikarang oleh Orang Batak mencoba menerangkan tentang agama Nenek-Moyang suku Batak ini. Ada yang mencoba menerangkan agama Nenek-Moyang itu sama dengan kepercayaan agama hindu dengan banyak DEWA (politheisme). Ada yang mencoba mencocok-cocokkannya de­ngan kepercayaan pada penganut agama Budha.
Dalam penyajiannya Pengarang tersebut membuat istilah dalam bahasa Batak supaya meyakinkan. Tetapi apabila kita lanjutkan penyelidikan tentang yang diterangkan dalam buku itu dan apalagi kita kaitkan dengan kebiasaan dan adat isti­adat Nenek-Moyang itu terasa tidak menyangkut tidak ber­temu. Penyebabnya kemungkinan Pengarang itu menganggap Nenek-Moyang itu masih primitip karena itu pantaslah me­reka menganut agama yang polytheisme banyak Tuhan.
Atau mereka menganggap Nenek-Moyang suku Batak itu datangnya dari Hindia Belakang Kocin-cina yang sudah terlebih dahulu dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Seperti yang diajarkan di sekolah.
Demikianlah apabila kita mulai dari titik tolak yang salah, maka hasilnya pun tidak akan kita peroleh yang benar. Debata Mula Jadi Na Bolon.
Debata tidak dapat digantikan dengan Dewa ataupun Dewa­ta karena artinya tidak sama dan tidak pernah itu disebut-­sebut orang Batak. Inipun membuktikan tidak ada hubungan dengan agama Budha ataupun Hindu.
Mungkin juga sewaktu mereka mencari-cari persembu­nyian itu dari kejaran tentera Mesir, mereka sampai di daerah Pusuk Buhit (Puncak Bukit) dan melihat danau yang begitu indah dan tempat persembunyian yang paling ideal, sehingga mereka menganggap telah mendapat tuntunan dari apa yang disebutnya DEBATA.
Atas tuntunan Debata mereka telah sampai di Pusuk Buhit. Atas tuntunan Debata mereka telah menemukan tempat persembunyian yang aman.  Atas tuntunan Debata mereka telah menjumpai pemandangan yang indah mengagumkan dari Pusuk Buhit itu.
Jadi Penyusun berpendapat yang diturunkan itu bukan orang­nya tetapi yang dimaksud adalah "TUNTUNAN" tersebut. Demikian maksud tujuan dari kepercayaan Nenek-Moyang yang mengatakan : Orang Batak di turunkan di Pusuk Buhit oleh Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon. Jadi arti yang dimaksud bukan secara langsung.
Dengan adanya selalu perkataan bolon = besar = agung = maha menyertai kata Debata, memberi kesan Debata yang dimaksud hanya Tunggal tidak ada duanya.
Jadi darisana dapat pula memberi kesan, bahwa Nenek-­Moyang orang Batak itu penganut suatu agama yang mono­tneistis. Penganut agama yang monotheistis di jazirah Arab sumbernya dari Bani Isrel. Dalam ajaran agama Kristen maupun agama Islam mengakui itu banyak Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul di turunkan dari kalangan Bani Israel ini.
Banyak ayat-ayat dalam AI-Qur'an yang menerangkan ten­tang ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheistis) kepada Bani Israel. Cuma Bani Israel ini selalu mengingkarinya. Umpamanya : Surat AI-Baqarah ayat 40 s/d 96 dan Surat AI-A'raaf ayat 59 s/d 174 dalam Al Qur’an.
Oleh karena tidak menyangka Nenek-Moyang suku Batak itu dari keturunan Israel, maka bersalahanlah selalu penilaian kita terhadap agama yang dianut Nenek-Moyang suku Batak ini, untuk memudahkan saja di sebut agama mereka Sipele­ Begu. Padahal kepercayaan kepada Debata Mula Jadi Na Bolon itu lebih condong kepada pengakuan terhadap Keesaan Tuhan.
Begitu juga dengan penyusunan adat Dalihan-Natolu yang begitu sempurna untuk merapatkan hubungan manusia satu dengan manusia yang lainnya dalam sistem kekeluargaan seakan-akan bukan karya manusia biasa. Apakah tidak mungkin itu dibawa seorang nabi ? sebab selain dari 25 Rasul yang masih ada ratusan ribu Nabi-nabi yang bertebar di muka bumi ini.
6)   Tentang Nenek-Moyang Itu Sudah Campuran
Pemerintah Penjajah Belanda telah berhasil           menemukan titik lemah bangsa Indonesia. Kemudian dengan memanfaatkan kelemahan itu diaturlah politik devide et impera politik memecah belah, supaya bangsa kita tidak bisa bersatu. Seperti : Perbedan agama sengaja dibesar-besarkan. Bukan saja agama yang memang berbeda dipertajam, malahan paham-paham yang terdapat dalam satu agama itu sengaja di pertentang­kan.
Demikian juga antara kaum adat dan kaum ulama tidak ketinggalan dilaga-laga. Hubungan antara Raja-Raja dan Rakyat dipisah. Cerdik pandai yang disebut pada waktu itu kaum intelek dan Amtenar dididik dan diusahakan Belanda supaya meman­dang enteng kepada Rakyat biasa.
Orang kota pandang enteng kepada orang kampung dan orang udik. Bahkan antara daerah satu dengan daerah lain sengaja dipertentangkan Penjajah Belanda tersebut. Mengenai usaha pemecah-belah Penjajah Belanda ter­sebut terhadap daerah atau wilayah ini. Bahwa daerah Samosir sewaktu penjajahan Belan­da jauh tertinggal dalam segala hal dibanding dengan daerah daerah lainnya di Tapanuli Utara. Mudah-mudahan sesudah kita merdeka ketinggalan itu sudah dapat dikejar.
Apa yang bisa kita ambil dari hasil penemuan Belanda yang disembunyikan itu ? Timbul Praduga kita sebagai berikut :
Bukan tidak mungkin rombongan yang melarikan diri ke daerah Batak ini selain dari orang-orang Israel juga turut orang Mesir, Orang Persia dan mungkin juga orang Cina. Maklum Raja Fir'aun (Pharao) demikian besar kuasanya pada waktu itu, bisa saja menaklukkan daerah-derah yang dike­hendakinya.
Atau sebutlah ada suku Mongol yang sempat terjaring dalam kekuasaannya dan suku Mongol tersebut diangkut ke Mesir dan kemudian turut dalam rombongan expedisi mengambil kapur barus dan kemenyan ke Nusantara ini. Nenek-Moyang Itu sudah mengenal Naga, binatang yang populer di daerah Cina. Di Samosir ada marga Si Naga atau Sinaga. Tari mangompas Sabe-Sabe juga banyak menyerupai tarian Naga dari Cina.
Setelah sampai di derah baru Tapanuli, mereka memi­sahkan diri, tinggal berkelompok. Kelompok yang mereka sebut Sian Mosir. Dari sinipun menimbulkan dugaan, bahwa mereka yang da­tang itu tidaklah orang Israel seluruhnya, tetapi sudah merupakan orang campuran dari Yaman, orang Sudan, orang Israel dll.
7)   Tentang Bahasa
Bahasa Batak ada 5 (lima) macam :
1.    Bahasa Biasa yang dipakai sehari-hari.
2.    Bahasa Andung (makan = marsilamoton, perut = siubeon).
3.    Bahasa Durak/Kasar (makan = dursik, perut = rojan).
4.    Bahasa Parharangan (ular = andor, gajah = namora).
5.    Bahasa Parkapur.

Bahasa Parkapur.
Kepercayaan orang Batak pada kayu ada tinggal Begu. Begu adalah orang halus sama dengan manusia ada laki-laki ada perempuan. Ada yang baik ada yang jahat. Karena pohon kayu banyak maka Begu itupun tentu banyak. Kadang­-kadang bisa terjadi Begu dari pokok yang satu berperang dengan Begu dari kayu yang lain. Berperang sendiri, karena ada satu sebab, atau dilaga oleh manusia.
Bahasa halusnya Begu ini disebut boru sombaon dan anak sombaon. Sombaon terjemahan langsung disembah. Tetapi disini hanyalah nama untuk menghaluskan saja, bukan disem­bah. Sama dengan Gajah disebut namora, tentunya Gajah adalah binatang bukan orang bangsawan, Harimau disebut Raja tentunya bukan sembahan manusia. Begu disebut boru atau anak Sombaon bukan sembahan manusia. Apalagi tidak mungkin menjadi Tuhan manusia, sebab Begu itu bisa disuruh suruh oleh manusia umpamanya orang lebih condong meng­golongkan Begu itu jahat sehingga orang selalu membuat penangkalnya atau antinya.
Dalam turi-turian, Bangsa Penjajah seperti Belanda, Inggris, Portugis dll. kadang-kadang disamakan dengan Begu dan kadang-kadang dilambangkan Ulubalang. Penjajah itu disamakan dengan Begu karena secara fisik tidak dapat dilawan.
Turi-turian adalah wayang bebernya orang Batak. Yaitu ce­rita kepahlawanan bangsa Indonesia melawan bangsa Penja­jah. Walaupun figur-figur dalam cerita itu tidak langsung disebut bangsa Penjajah, tetapi mereka tahu yang dimaksud dengan Ulubalang itu disana adalah Belanda atau Penjajah. Karena itu pada jaman Penjajahan dulu turi-turian itu dila­rang di ceritakan secara terbuka di muka umum.
Supaya getah dari kayu barus itu banyak, haruslah Begu di pele atau disanjung-sanjung, anak sombaon yang menghasilkan kapur penghuni kayu itu dikawani disebut boru sombaon atau Ditinjau dari sudut bahasa ini memberi kesan bahwa Nenek-Moyang orang Batak itu dulu kerjanya tukang me­ngambil getah kayu kapur barus. Kalau tidak kenapa ada bahasa Parkapur. Ini menguatkan pendapat, bahwa kedatangan mereka ke Tapanuli utamanya adalah untuk mengambil kapur barus.
Sebutlah menjadi anggota rombongan expedisi Raja Pharao (Fir'aun) yang membutuhkan kapur barus dan kemenyan se­bagai bahan baku untuk pengawet mummi-mummi tersebut.
8)   Tentang Proses Perpindahan
Proses perpindahan jika dihubung-hubungkan satu lainnya kira-kira sebagai berikut :
Untuk memenuhi kebutuhan akan kapur-barus dan keme­nyan guna keperluan pengawetan itu, maka Raja fir'aun (Pharao) mengirim expedisi ke Nusantara ini. Sebutlah mereka sampai di Barus. Rombongan harus turun kedarat bahkan masuk ke tengah hutan, untuk mengambil getah kayu-kayu termaksud. Salah satu gelombang expedisi itu membunuh tentera Mesir tersebut setelah sampai di te­ngah hutan.
Takut akan pengejaran tim expedisi berikutnya, maka mereka lari mencari tempat yang aman, maka sampailah mereka di Pusuk Buhit. Disinilah terjadi pemukiman pertama dalam menyembunyikan diri itu. Namun demikian memreka juga sadar sesewaktu bisa saja expedisi Raja Fir’aun akan menemukan mereka. Karena itu harus dihilangkan identitas mereka dengan menyebut :
Mereka diturunkan di Pusuk Buhit oleh Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon. Walaupun identitas telah dihilangkan, tetapi pengejaran tentara Mesir terus menghantui mereka. Ketakutan itu terus berlanjut sampai kepada keturunan mereka, sehingga keturunannya, kalau  hendak mendirikan kampung harus dibarengi dengan bambu berdiri sebagai benteng pertahanan. Inilah pula sebabnya kepada orang Batak, tanaman bambu merupakan lambang kampung halaman (bonabulu) atau tanah air, bona ni pasogit.
Dalam sejarah dunia yang dipelajari di sekolah, ada disebut-sebut benua Australia adalah tempat buangan bagi kerajaan Inggris yang luas pada waktu yang lewat. Jadi bangsa Australia dengan demikian adalah keturunan orang-orang buangan. Dunia mengatahui itu dan orang Australia sendira menyadari itu. Tetapi orang Australia aki­bat dari itu berhasrat sekali untuk menyelidiki siapa itu Nenek-Moyangnya. Bahkan bukan sampai disitu fakultas-fakultas Sejarat di Australia telah mampu mencetak pakar-pakar sejarah yang tangguh.
Pemerintat Malaysia pernah meminta bantuan pakar-pakar sejarah Australia ini untuk mencari data-data guna penyusunan Sejarah Kerajaan Malaysia. Team ahli sejarah dari Austalia itu dipimpin oleh Donald Tugby.
Penulis telah membaca sejarah Kerajaan Malaysia hasil pe­nelitian Donald Tugby tersebut. Apa yang dapat kita petik dari pandangan dan cara pikir orang Australia ini ? Negara Australia termasuk salah satu bangsa yang ter­makmur di dunia, negaranya juga maju, bangsa Australia bangga akan itu. Namun mereka tidak malu menyingkap sejarah asal usul mereka yang kurang baik itu (asal orang­-orang buangan).
Kenapa harus malu kalau memang sudah demikian fakta yang ada. Yang terpenting kalau sudah diketahui titik tolak yang benar, segala sesuatu kejadian yang berkaitan dengan itu akan diketahui pula hal kebenarannya. Demikian kira-­kira jalan pikiran bangsa Australia ini.
Mengasosiasikan kepada cara berpikir bangsa Australia tersebut, kenapa pula orang Batak harus malu kalau ternya­ta Nenek-Moyang suku Batak berasal dari Bani Israel Kuno dari Mesir sana ? Bahwa Negara kita dewasa ini tidak ada hubungan dengan Israel bahkan lebih condong dikatakan bermusuhan itu adalah soal politik. Berbicara soal politik hari ini ber­musuhan besok sudah berkawan begitu sebaliknya.
Sebagai contoh Negara-negara Arab pada waktu yang lewat bermusuhan dengan Mesir pada zamannya pemerintahan Presiden Sadat, setelah Presiden Mubarak mereka kembali berangku lan.
PLO sekarang bermusuhan dengan Israel, kita pun memihak PLO memusuhi Israel. Dalam waktu tidak berapa lama lagi dari sekarang telah bisa diramalkan Israel akan berbaikan dengan PLO, kalau Negara Israel telah mengakui keberadaan Negara Palestina seperti yang dibentuk Yasser Arafat terse­but.
Jika demikian halnya kenapa kita tidak berani men­cari sejarah Nenek-Moyang kita yang benar itu ?  Kita membutuhkan titik-tolak yang benar guna menjawab hal-hal sebagai berikut :
  1. Dari mana datangnya adat Dalihan-Natolu yang begitu sempurna, ilmu-sosial yang mampu merapatkan hubungan manusia dalam sistem kekeluargaan itu ?
  2. Dari mana datangnya kepercayaan terhadap adanya Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon itu ? Na so tar pa tu dos manang tu aha ?
  3. Kenapa Raja-Raja orang Batak selalu didampingi Datu ? Bagaimana pula kaitannya dengan Raja-Raja Mesir atau Fir'aun (Pharao) yang selalu didampingi Datu-Datu (Ahli Sihir) ?
  4. Apa itu agama Sipete Begu dan bagaimana ajaran Sipele Begu itu ?
Pandangan orang Batak kepada Begu adalah negatif. Orang Batak umumnya benci kepada Begu itu. Begu dianggap pembawa missi kejahatan, karena itu harus di usir. Malahan ada pencak yang disebut moncak mangayak Begu Abar. Kenapa pula disebut dalam sejarah, Suku Ba­tak memuja-muja Begu bahkan disebut pula Tuhannya Begu dengan agama Sipele Begu ? Herannya tidak pula ada orang Batak yang membantah itu.
  1. Kenapa orang Batak merasa bangga untuk menyimpan tulang belulang Nenek-Moyangnya dalam satu tugu ? Apa pula hubungannya dengan kebiasaan Raja-Raja Mesir menyimpan mayatnya dalam pyramide ?
  2. Kenapa orang Batak kalau mendirikan suatu kampung harus lengkap dengan sistem pertahanan berupa bambu ­berduri dan parit sekeliling kampung tersebut ?
Padahal tidak ada suatu kerajaan yang mungkin akan mengancam mereka. Puak-puak yang ada disana yang terdiri dari orang Batak itu semuanya terikat dalam satu kekeluargaan yang saling menyayangi sesuai dengan tun­tunan adat Dalihan-Natolu. Kenapa mereka selalu dibayangi akan diserang begitu ?
  1. Kenapa orang Batak ini dulunya meninggalkan daerah yang subur di daerah pantai dan memilih tempat tinggal di pegunungan di daerah gersang dan berbukit-bukit ? Pada hal mereka adalah suku petani ?
  2. Dari mana orang Batak mengetahui hukum perkawinan yang begitu baik dan sempurna. Seakan mereka mengua­sai ilmu bahwa kromosom itu baka (abadi). Sedang hukum Mendel diketahui barulah pada abad ke XX  ?
Apakah tidak mungkin Mendel juga seorang dari keturu­nan Israel (Yahudi), sehingga pengetahuannya tentang ilmu ­keturunan yang diperkenalkan itu sudah diketahui orang­orang Israel sebelumnya ? Dus berarti satu sumber ?
Jadi baik adat Batak dengan system perkawinannya yang teratur senpurna itu, maupun teori hukum keturunan (gene­tika) dari Gregor Mendel itu bersumber dari Nenek-Moyang yang sama.
Demikian juga dengan ilmu-sosial yang diperkembangkan Carnegie melalui Dale Carnegie Course nya yang tidak jauh dari prinsip yang dikembangkan dalam adat Dalihan-Natolu itu sumbernya satu dari Nenek-Moyang suku Israel.
Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab sampai sekarang ini karena titik-tolak yang benar belum ditemukan.

Kesimpulan ;
  1. BEGU dalam pandangan Nenek-Moyang suku Batak adalah manusia halus yang tidak kelihatan. Sama seperti manu­sia mereka ada laki-laki dan ada perempuan, punya nenek dan punya raja (pimpinan).
Begu laki-Iaki dalam bahasa halus dipangil Anak Sombaon dan yang perempuan Boru Sombaon dan kepada rajanya dipanggil Ompung Raja Ni Begu. Begu ada yang baik dan ada pula yang jahat. Begu dapat diperalat oleh manusia untuk menyampaikan maksudnya. Karena manusia lebih banyak terpengaruh kepada hawa nafsu maka yang terlebih menonjolkan ialah Begu jahat yang diperalat manusia untuk mengganggu manusia lainnya Sehingga terkesan, bahwa manusia membenci Begu dalam keseluruhannya. Maka dari itu dibuatlah doa-doa ataupun alat penangkal supaya Begu itu jangan datang menggang­gu.
Manusia bisa saja mengusir Begu itu dari tempat pemukimannya ke tempat lain, atau dari pokok kayu satu ke pokok kayu yang lain. Atau manusia bisa pula menga­du Begu dari tempat satu dengan dari tempat Begu lain, sehingga terjadi perkelahian Begu-Begu itu.
Dengan demikian jelaslah, bahwa Nenek-Moyang suku Ba­tak itu menganggap Begu itu hanyalah alat untuk me­nyampaikan maksud saja. Oleh karena itu sulitlah dapat diterima akal pendapat yang mengatakan bahwa Begu itu Tuhan dari Nenek-Moyang suku Batak.
Apalagi disebut sebagai penganut agama si Pele-Begu sama. sekali tidak bisa diterima; dengan alasan seperti diterangkan diatas Begu itu hanya permainan manusia terutama Datu-datu. Sedang manusia biasa selalu berusaha menjauhinya. Mendengar kata Begu saja orang merasa ngeri dan muak sehingga membencinya. Bagaimana bisa Nenek-Moyang suku Batak itu menganut agama Si Pele Begu ?
  1. Dengan menyebut agama dari Nenek-Moyang suku Batak itu si Pele-Begu; terkesan bahwa Nenek-Moyang tersebut sangatlah primitif. Pengetahuannya dan cara berpikirnya dengan demikian rendah yaitu hanya sepanjang jangkauan daun kayu itu saja. Sebab Begu kekuasaannya hanya seja­uh itu. Kalau Tuhannya kekuasaannya hanya sejauh itu konon pula pengikutnya.
Ditambah pula dengan anggapan; bahwa Nenek-Moyang suku Batak suka mengasingkan diri atau isolation dan karena bertempat tinggal di tekuk-lekuk gunung itu, mengakibatkan banyak hal-hal ataupun karya-karya dan ke­biasaan Nenek-Moyang itu menjadi gelap. Hal-hal yang menimbulkan pertanyaan yang tidak bisa terjawab. Diantaranya sebagai contoh :
    1. Bagimana masyarakat yang begitu primitif sanggup menyusun adat Dalihan-Natolu yang begitu lengkap dan sempurna demikian. Suatu ilmu-sosial yang bukan saja dapat dipertandingkan biarpun pada masa kini. Malahan akan tetap unggul untuk sepanjang masa
    2. Gregor Mendel memperkenalkan ilmu keturunan (ilmu genetika) dengan hukum-hukum hereditasnya pada penghujung abad ke-19 Nenek-Moyang yang dianggap primitif tadi telah melaksanakannya dan menerapkan­nya jauh sebelumnya.
    3. Dll  sebagainya.
  1. Penyusun juga menyadari dengan PRADUGA dan ASSUM­SI tidaklah merupakan bukti yang menentukan sesuatu itu benar adanya. Tetapi dengan membuat hypotesa yang seperti itu akan banyak hal-hal dari Nenek-Moyang suku Batak tersebut dapat terjawab. Atau hampir semuanya dapat terjawab. Hanya satu yang tidak bisa dijawab, yaitu :
Dari PRADUGA-PRADUGA yang dibuat mengatakan Nenek-Moyang dari suku Batak itu asalnya dari Mesir campuran Bani Israel Kuno dan Puak-Puak lain yang ada di Mesir sewaktu berkuasa raja-raja Fir'aun (Pharao). Dengan demikian perpindahan ke Tapanuli itu sudah ter­jadi paling sedikit 3000 tahun yang silam.
Sedang apabila dihitung dari silsilah orang Batak paling tinggi ada 35 generasi. Sebutlah 40 tahun satu generasi maka itu berarti, orang Batak baru menempati Tapanuli ± 1400 tahun yang Ialu. Jadi masih ada gap  ± 1500 tahun lagi.
Tetapi mengingat tidak ada seorangpun yang mengatakan orang yang tercantum datam silsilah tarombo itu, dialah manusia oranq Batak yang diturunkan di Sianjur Mula Jadi. Maka Nenek-Moyang orang Batak yang diturunkan oleh Tuhan Debata Mula Jadi Nabolon tersebut masih belum tercantum dalam silsilah tarombo yang dibuat. Dus masih ada gap antara Nenek-Moyang itu datang ke Tapanuli dan silsilah tarombo           itu dibuat/disusun. Dengan demikian PRADUGA masih bisa dipegang.
Demikiantlah pendapat Penyusun tentang Nenek-Moyang ter­sebut selanjutnya mari kita serahkan kepada pakar-pakar Sejarah untuk mencari kebenarannya. Mudah-mudahan apa yang dimajukan dalam praduga diatas dapat membantu sebagai petunjuk.
D.      Suku Batak Tapanuli Selatan
Suku bangsa Batak Tapanuli Selatan tarbagi opat bagian bahasa ima ;
1.    Angkola
2.    Sipirok
3.    Padang Lawas
4.    Padang Lawas Utara
5.    Mandailing Natal
Bahasa ima na ita pargunaon sahari-hari conto tu giot marusaho, tu giot maridi, bahasa na jeges mamake bahasa na santun dohot na pake hata-hata na halus anso tabo begeon, jop roha mambege asa mandohonisa.
Dungi adong do tulisan na di dokon huruf Batak, huruf Batak adong 21 hurup, huruf godang (huruf capital) inda adong di huruf Batak, huruf “i” dohot “u” inda pola dolombok di ginjang nai.
Salain sian na dua i tola di tambah disabah buning dohot mambaen tanda ginjang huruf-huruf nobat.
  1. Bahasa
  2. Tulisan
  3. Adat Istiadat
  4. Kebudayaam
  5. Masa-masa waktu, dan
  6. Mata angin

1)      Bahasanya antara lain pada table 1.2 sebagai berikut di bawah ini :






Tabel 1.2
Bahasa Sehari-hari Batak Tapanuli Selatan

No
BAHASA
Sehari –hari
Halus / Andung
Indonesia
1
Ulu
Simanjujung
Kepala
2
Mata
Simanyolong
Mata
3
Pinggol
Simanangi
Kuping
4
Botohon
Simangido
Tangan
5
Pat
Simanjojak
Kaki
6
Butuha
Boltok Siubeon
Perut
7
Sere
Omas Sigumorsing
Emas
8
Bagas
Bagas Parpindahon
Rumah
9
Indahan
Silamoton
Nasi
10
Mangan
Marpanyogon
Makan
11
Burangir
Simanggurak
Sirih
12
Mate
Magomarobur
Meninggal


2)      Surat Batak
Surat Batak adalah nama aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Batak. Surat Batak masih berkerabat dengan aksara Nusantara lainnya. Aksara ini memiliki beberapa varian bentuk, tergantung bahasa dan wilayah. Secara garis besar, ada lima varian surat Batak di Sumatra, yaitu Karo, Toba, Dairi, Simalungun, dan Mandailing. Aksara ini wajib diketahui oleh para datu, yaitu orang yang dihormati oleh masyarakat Batak karena menguasai ilmu sihir, ramal, dan penanggalan. Kini, aksara ini masih dapat ditemui dalam berbagai pustaha, yaitu kitab tradisional masyarakat Batak. Berikut di bawah ini surat pustaha Batak Tapanuli Selata (Mandailing) :


a     ha      na     ma    nga    la       pa     ga    ja      u     da
a h  n  m  <  l  p  g j  U d

CaNyai     ya      ba      ta     ra       ka      ca      sa    nya    wa
KaI y  b  t r      c   s     w

u    da      a        ha     na       ma     nga    la     pa
U d  a  h  n  m   <  l p

Iga   ja      i      ya     ba     ta     ra     ka
Kag j    y  b  t r 

CaNyaca     sa    nya    wa
c  s   [  w

c c c
3)      Ciri khas surat Batak
Surat Batak adalah sebuah jenis aksara yang disebut abugida, jadi merupakan sebuah perpaduan antara alfabet dan aksara suku kata. Setiap karakter telah mengandung sekaligus konsonan dan vokal dasar. Vokal dasar ini adalah bunyi [a]. Namun dengan tanda diakritis atau apa yang disebut anak ni surat dalam bahasa Batak, maka vokal ini bisa diubah-ubah.
Huruf vokal dan konsonan dalam aksara Batak diurut menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: a, ha, ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, nya, ca, nda, mba, i, u. Aksara Batak biasanya ditulis pada bambu/kayu. Penulisan dimulai dari bawah ke atas, dan baris dilanjutkan dari kiri ke kanan.

4)      Jenis Aksara dan Penyebaran
Setiap bahasa Batak memiliki varian Surat Batak sendiri-sendiri. Namun varian-varian ini tidaklah terlalu berbeda satu sama lain. Ada empat varian Surat Batak yang utama, sesuai rumpun bahasa Batak, yaitu: Karo (Sumatra Tengah dan Utara), Toba (Sumatra Utara), Dairi (juga disebut Pakpak; Sumatra Utara), Simalungun atau Timur (juga disebut Simelungan; Sumatra Utara), dan Mandailing (Sumatra Utara).

5)      Penggunaan
Surat Batak zaman dahulu kala digunakan untuk menulis naskah-naskah Batak yang di antaranya termasuk buku dari kulit kayu yang dilipat seperti akordeon. Dalam bahasa Batak buku tersebut dinamakan pustaha. Pustaha-pustaha ini yang ditulis oleh datu (dukun) berisikan penanggalan dan ilmu nujum.
Penulisan huruf surat batak secara garis besar terbagi dalam dua kategori, yaitu ina ni surat dan anak ni surat.


6)      Ina ni surat
Ina ni surat merupakan huruf-huruf pembentuk dasar huruf aksara Batak. Selama ini, ina ni surat yang dikenal terdiri dari: a, ha/ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, ya, nya, ca, nda, mba, i, u. Nda dan Mba adalah konsonan rangkap yang hanya ditemukan dalam variasi Batak Toba. Huruf batak terdiri dari 23 buah huruf, yaitu ;

Tabel 1. 3
Huruf Batak

No
Alfabet
Latin
Surat Batak
Karo
Toba
Dairi
Simalungun/
Timur
Mandailing
1
a
A
A
A
A
A
2
ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
3
ka
Ka
Ka
Ka
Ka
Ka
4
ba
Ba
Ba
Ba
Ba
Ba
5
pa
Pa
Pa
Pa
Pa
Pa
6
na
Na
Na
Na
Na
Na
7
wa
Wa
Wa
Wa
Wa
Wa
Wa
8
ga
Ga
Ga
Ga
Ga
Ga
9
ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
10
da
Da
Da
Da
Da
Da
11
ra
Ra
Ra
Ra
Ra
Ra
12
ma
Ma
Ma
Ma
Ma
Ma
13
ta
Ta
Ta
Ta
Ta
Ta
Ta
14
sa
Sa
Sa
Sa
Sa
Sa
15
ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
16
nga
Nga
Nga
Nga
Nga
Nga
17
la
La
La
La
La
La
18
nya

Nya

Nya
Nya
19
ca
Ca
Ca

Ca

Ca
20
nda
Nda

21
mba
Mba

22
i
I
I
I
I
I
23
u
U
U
U
U
U












Huruf besar dalam surat batak tidak ada, huruf “i” dan huruf “u” (pada no 22 dan 23), tidak boleh ditambah atasnya tanda untuk merobah bunyinya; kedua huruf itu tetap berbunyi “i” dan “u”
Dan selain dari huruf yang dua tersebut boleh dirobah bunyinya dengan memberi tanda diatas huruf-huruf tersebut antara lain sebagai contoh;

Tabel 1.4
Contoh Huruf Batak Bunyinya Berubah

1
Na  Ra  Ka
= na  ra  ka
2
Na  Ra  Ka
= na  rak
3
Na  Ra  Ka
= ne  re  ke
4
Na  Ra  Ka
= nang  rang  kang
5
Na  Ra  Ka
= neng  reng  keng
6
Na  Ra  Ka
= nu   ru   ku
7
KiKiNa     Ra      Ki
= ni   ri   ki
8
KoKoNa     Ra     Ko
= no   ro   ko
Keterangan ;
1.
A
= a
2.
A
= ae
3.
KiA
= ai
4.
KoA
= ao
Perhatikanlah kalimat huruf Batak ini semuanya di tulis     Na  Ra  Ka   = “na   ra  ka”, tapi sesudah di berikan tanda huruf tersebut, maka bunyinya menjadi berubah.
7)      Anak ni surat
Anak ni surat dalam aksara batak adalah komponen fonetis yang disisipkan dalam ina ni surat (yang juga disebut tanda diakritik) yang berfungsi untuk mengubah pengucapan/lafal dari ina ni surat. Tanda diakritik tersebut dapat berupa tanda vokalisasi, nasalisasi, atau frikatif. Anak ni surat ini terdiri dari:
·         Bunyi [e] (hatadingan)
·         Bunyi [ŋ] (paminggil)
·         Bunyi [u] (haborotan)
·         Bunyi [i] (hauluan)
·         Bunyi [o] (sihora)
·         Pangolat (tanda untuk menghilangkan bunyi [a] pada ina ni surat)
Seperti halnya ina ni surat, anak ni surat dalam aksara Batak juga disusun menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: [e], [i], [o], [u], [ŋ], [x]. Tanda diakritik juga memiliki varian bentuk antara suatu daerah dengan daerah lainnya yang menggunakan aksara yang sama. Di bawah ini disajikan contoh penggunaan tanda diakritik dengan huruf Ka, dan varian tanda pangolat.

Tabel 1.5
Huruf Batak Memiliki  Varian Tanda  Pangolat

No
Surat Batak
Karo
Toba
Dairi
Simalungun/
Timur
Mandailing

1
ke
Ke

Ke



2
Ke
Ke
Ke
Ke
Ke

3
ki
Ki
Ki
Ki
Ki
Ki
Ki

4
ko
Ko
Ko
Ko
Ko
Ko
Ko

5
kou

Ke


6
ku
Ku
Ku
Ku
Ku
Ku

7
kang
Kang
Kang
Kang
Kang
Kang

8
kah
Kah
Kah

Kah



Pangolat (peniada vokal) dalam surat Batak
Karo
Toba
Dairi
Simalungun/
Timur
Mandailing





8)      Adat Istiadat ; antara lain
Mengadakan upacara-upacara adapt sewaktu mengawinkan anak, upacara memberangkatkan orangtua yang meninggal ke kubur, anak yang lahir, memasuki rumah baru, dan lain-lain.
9)      Kebudayan; antara lain
Gendang dengan tor-tornya, sitogol, onang-onang, martulilla, marjenggong, marbondang, mangkusip atau martandang dan lain sebagainya.
10)  Masa Waktu; masa waktu sehari semalam antara lain.
-          Jam 01.00        = Tahuak Manuk Saholi
-          Jam 02.00        =  Tahuan Manuk Paduahon
-          Jam 03.00        = Haroro Ni Panakko
-          Jam 04.00        = Boha=boha Ijuk
-          Jam 05.00        = Sogot
-          Jam 06.00        = bincar (terbit) matahari
-          Jam 07.00        = Sogot ni paninggala
-          Jam 08.00        = Pangului
-          Jam 09.00        = Tarbakta Raja
-          Jam 10.00        = Sagang
-          Jam 11.00        = Humara Hos
-          Jam 12.00        = Hos
-          Jam 13.00        = Guling
-          Jam 14.00        = Guling  Duo
-          Jam 15 .00       = Sagala
-          Jam 16 .00       = Dua  Gala
-          Jam 17.00        = Potang
-          Jam 18.00        = Sundut (Terbenam)
-          Jam 19.00        = Ragat Mangan
-          Jam 20.00        = Tukkap Udon
-          Jam 21.00        = Parpodom Ni Daganak
-          Jam 22.00        = Ragat Modom
-          Jam 23.00        = Ragat Modom na Bagas
-          Jam 24.00        = Tonga Borngin

Waktu Seminggu ; Masa waktu seminggu tidak ada dalam budaya Batak, umpamanya, Minggu, senin, Selasa dan seterusnya. Waktu sebulan yaitu ;







Tanggal  01 =
Adittia
Tanggal  16 =
Simaniholom
Tanggal  02 =
Suma
Tanggal  17 =
Anggara ni holom
Tanggal  03 =
Anggara
Tanggal  18 =
Muda ni holom
Tanggal  04 =
Muda
Tanggal  19 =
Boraspati ni holom
Tanggal  05 =
Boraspati
Tanggal  20 =
Sikkora moro turun
Tanggal  06 =
Sikkora
Tanggal  21 =
Samirasa moro turun
Tanggal  07 =
Samirasa
Tanggal  22 =
Attain ni angga
Tanggal  08 =
Attian ni aek
Tanggal  23 =
Suma ni mate
Tanggal  09 =
Suma ni mangadop
Tanggal  24 =
Anggara na begu
Tanggal  10 =
Anggara sappulu
Tanggal  25 =
Muda na mate
Tanggal  11 =
Muda ni mangadop
Tanggal  26 =
Boraspati nigok
Tanggal  12 =
Boraspati ni takkup
Tanggal  27 =
Sikkora duduk
Tanggal  13 =
Sikkora pasura
Tanggal  28 =
Samirasa bulan mate
Tanggal  14 =
Samirasa pusara
Tanggal  29 =
Hurung
Tanggal  15 =
Tula
Tanggal  30 =
Rikkar


11)  Mata Angin
Mata angina di suku bangsa Batak terdapat 8 penjuru. Dalam upacara-upacara Adat selalu disebut-sebut, di / ke Desa Nawalu, maksudnya di /ke Desa yang ada disekitar yang 8 (delapan) penjuru atau walu penjuru.2


                         Tabel 1.6
      Nama Mata Angin Bangsa Batak

No
Mata Angin
Bahasa Batak
1
Timur
Purba
2
Tenggara
Anggoni
3
Selatan
Dengsina
4
Barat Daya
Nariti
5
Barat
Pastima
6
Barat Laut
Manyabia
7
Utara
Utara
8
Timur Laut
Irisana







Contoh Tulis Batak ;

Songon on mada surat Batak
Tarpasia jari ma anso diboto
Didokkon iba halak Batak
Surat Batak, hape nada diboto

so<no\ ano\ md Srt\ btk\
tr\psia jri m an\so diboto
dido<kno\ Ib hlk\ btk\
Srt\ btk\, hpe nd diboto

Daganaktak polu mamboto surat Batak
Momo do on parsiajaran
Marsiajar nada pola ulu botak
Momo songon namangalombut kudo hajaran

Daganaktak polu mamboto surat Batak
Momo do on parsiajaran
Marsiajar nada pola ulu botak
Momo songon namangalombut kudo hajaran

Suku bangsa Batak Tapanuli
Semuanya mempunyai marga
Menurut marga Bapaknya sudah pasti
Walau dimana pun dia berada

Suku bangsa Batak Tapanuli
Semuanya mempunyai marga
Menurut marga Bapaknya sudah pasti
Walau dimana pun dia berada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar