Sabtu, 16 Januari 2016

Administrasi Pendidikan

Filsafat Itu Apa ?


PENDAHULUAN

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansi maupun histori karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran manusia dari pandangan  mitosesntris menjadi logosentris. Pada awalnya manusia beranggapan bahwa semua kejadian yang ada di alam ini dipengaruhi oleh para dewa. Sebab itu dewa harus dihormati dan disembah. Dengan filsafat pola pikir yang selalu tergantung kepada  di pengaruhi oleh para dewa. Sebab itu dewa harus dihormati dan disembah. Dengan filsafat pola pikir yang selalu tergantung kepada dewa dirubah menjadi pola pikir  yang tergantung kepada rasio.
Perubahan pola pikir mitosentris ke pola pikir logo sentries membawa imlikasi yang sangat besar. Perubahan yang mendasar ditemukannya hukum-hukum alam dan teori ilmiah yang menjadikan perubahan yang terjadi. Dari penelitian tersebut bermunculan ilmu-ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.



PENGERTIAN FILSAFAT

            Menetapkan suatu definisi nampaknya sulit untuk dilakukan, persoalannya bukan terletak pada saat bagaimana untuk mengemukakan definisi itu, melainkan saat mau atau tidaknya orang menerima definisi itu. Demikian juga masalah filsafat sulit sekali untuk memberikan suatu batasan yang benar tentang kata filsafat. Bukti para fisuf selalu berbeda-beda dalam mendefenisikan filsafat.
            Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia yang terdiri dari kata philos dan kata Sophia. Philos artinya cinta atau suka sedangkan Sophia bijaksana. Dengan demikian  secara etimologis kata filsafat memberi pengertian cinta kebijaksanaan. Orang yang mencintai kebijaksanaaan di  sebut philosophos atau filsut.
            Harun Nasution mengatkan bahwa kata filsafat ebrasal dari bahasa arab  falsafa dengan Wazan (Timbangan) Fa’lala, Falalah dan Fi’lal. Dengan demikian menurut Harun Nasution kata benda dari falsafa seharunnya falsafah dan filsaf. Menurutnya dalam bahasa Indonesia banyak terpakai kata filsafat, pada hal bukan berasal dari kata Arab Falsafah dan bukan dari kata Inggris dan safah diambil dari kata Arab sehingga terjdilah gabungan keduannya yang kemudian menimbulkan  filsafat.
            Secara terninologis, fisafat mempunyai arti yang bermacam-macam sebanyak orang yang memberikan pengertian atau batasan. Untuk lebih jelasnya dibawah ini dikemukanan pendapat para ahli.
Titus dan Nalam 1985 (H, Junus Simed 2005 : 7)
-    Filsafat adalah suatu proses kritik dan pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
-    Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan
-    Filsafat adalah sekumpulan problem yang langsung mendapat perhatian manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh filsafat.
-    Filsafat sebagai analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentnag arti kata dan konsep.
Menurut Kalangan filosof (Amsal Baktiar 2004 : 5) Filsafat ialah :
-    Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik secara lengkap tentang seluruh realitas.
-    Upaya melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
-    Upaya untuk menentukan batasan-batasan dan jangkauan pengetahuan sumbernya hakikatnya, keabsahannya dan nilainya.
-    Penyelidikan kritis atas pengendalian dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
-    Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda untuk melihat apa yang anda katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.
Pidato (4207 SM – 347 SM) Beliau seorang filsuf Yunani yang mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran dan esthitika.
Aristoteles (381 SM – 322 SM )  mengatakan bahwa filsafat adalah : Ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu, metafisika, logika, etika, ekonomi, politik dan esthitika.
Marcus Tulius Cirec (106 M – 42 M) mengatakan bahwa filsafat sebagai pengetahuan tentang suatu yang maha agung danusaha-usaha untuk mencapainya.
Al-Farabi (Wafat 950 M )  mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentnag alam wujud dan bertujuan  menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Ibnu Rusyd (Wafat 1126 M – 1196 M) berpendapat bahwa filsaf merupakan pengetahuan otonom yang perlu dikaji oleh manusia karena dia dikaruniai akal.
Immanuel Kant (1724 M- 1804 M) menyatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pokok segala pengetahuan yang meliputi empat persoalan yaitu :
-    Apakah yang dapat kita kethaui ? Pertanyaan ini dijawab oleh Metafisika
-    Apakah yang boleh kita kerjakan ? Pertanyaan ini dijawab oleh etika
-    Sampai dimanakah  pengharapan kita ? Pertanyaan ini dijawab oleh agama
-    Apaka manusia itu ? Pertanyaan ini dijawab oleh Antroplogi
Sultan Takdir Alisyahbana berpendapat bahwa filsafat adalah berfikir dengan insyaf, yang dimaksud dengan insyaf adalah berfikir dengan teliti menurut aturan yang pasti.
Deng Fung Yulan mendefenisikan filsafat adalah pikiran yang sistematis dan refleksi tentang hidup.
Dalam padangan Sidi Gazalba filsafat adalah  berpikir secara mendalam, sistematik, radikal atau universal dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Pendapat Sidi Gazalba ini memperlihatkan adanya tiga cirri pokok dalam filsafat yaitu :
-    Adanya unsur berpikir yang dalam hal ini menggunakan akal.
-    Adanya unsur tujuan yang ingin dicapai yang  melalui berpikir tersebut
-    Adanya unsur ciri yang terdapat dalam pikiran tersebut yaitu mendalam.
Dari defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang suatu yang ada yang memerlukan pembuktian tentang kebenarannya.
Menurut Mudyarhardjo (2006:3) apabila dilihat dari sudut karasteristik objektif filsafat itu  dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
  1. Filsafat umum atau filsafat murni
  2. Filsafat khusus atau filsafat terapan
-    Hakikat pertanyaan segala sesuatu (Metafisika) yang termasuk didalamnya hakikat kenyataan secara keseluruhan (Ontologi) kenyataan tentang alam atau kosmos (Kosmologi), kenyataan tentang manusia (Humanologi) dan kenyataan tentang Tuhan (Theologi)
-    Hakikat mengetahui kenyataan (Epistemologi)
-    Hakikat menyusun kesimpulan pengetahuan tentang kenyataan (logika)
-    Hakikat menilai kenyataan (Aksiologi) antara lain tentang hakikat nilai yang berhubungan dengan indah dan buruk (Estetika)
Filsafat khusus mempunyai filsafat yang berbeda dengan filsafat umum, dimana objek filsafat umum adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu. Sedangkan filsafat khusus objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang penting.
a.       Filsafat  Hukum
Yang menyelidiki hukum sebagai suatu bentuk yang sangat khas dari pengawasan soaial dalam sebuah masyarakat yang terorganisasi berdasarkan politik yang dianut, bagaimana  masyarakat tersebut mempertahankannya dan bagaimana pelaksanaanya melalui sesuatu proses yuridis dan administratif
b.      Filsafat Sejarah
Yang menyelidiki metafisika sejauh yang berkenaan dengan latar belakang, sebab-sebab dan hukum-hukum yang mendasar makna dan motivasi perkembangan manusia sebagai makhluk sosial dalam batas-batas kausalitas Psikopisik serta logika yang berkenan dengan pemahaman sejarah.
c.       Filsafat Seni
Yang menyelidiki nilai-nilai estesis yang nilai- nilai keindahan yang terkandung didalam alam dan karya seni dalam segala bentuk dan maknanya.
d.       Filsafat Moral
Yang menyelidiki makna tentang baik yang berhubungan dengan tujuan hidup, makna kewajiban yang berhubungan dengan hukum dan makna kebajikan yang berhubungan dengan kesetujuan dan ketidak setujuan.
e.       Filsafat Sosial
Yang menyelidiki masalah keberadaan saling berhubungan antara manusia dengan  masyarakat, per angkat nilai-nilai asosiatif yang tertuju pada proses sosial yang terarah, kekuatan dan kekuasaan Negara, pengawasan social yang berkenaan dengan hukum dan hak kewajiban  politik dan keadilan.
f.       Filsafat Olah Raga
Yang menyelidiki hakikat olahraga aktif yang berkenan dengan seluk eluk  gerak yang dilakukan dalam olah raga, dan hakikat olah raga pasif atau penghayatan terhadap pergelaran olah raga.
g.      Filsafat Religi
Yang menyelidiki religi sebagai hubungan dengan Tuhan dan hubungannya dengan pengalaman lainnya, kebenaran, kepercayaan, kepercayaan religius serta nilai-nilai, sikap-sikap dan perbuatan-perbuatan religius.
h.      Filsafat Logika
Yang menyelidiki kebenaran, tata bahasa lingkup dan penyimpangan logika sebagai seni dan ilmu penalaran.


i.        Filsafat Ilmu
Yang menyelidiki struktur ilmu yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah serta makna teoritis dan praktis dari ilmu
j.        Filsafat Pendidikan
Yang menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut degan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya.
Suriasumantri (2007;19) menulis :
“Alkisah bertanya seorang awam kepada ahli filsafat yang arif dan bijaksana. Coba sebutkan kepada saya berupa jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini, berdasarkan pengetahuannya  filsafat itu menarik nafas panjang dan berpantun :
Ada orang tahu ditahunya
Ada orang yang tahu diketidahtahuannya
Ada orang yang tahu ditahunya
Ada orang yang tidak tahu diketidaktahuannya”
Kutipan diatas sungguh-sungguh membuka pikiran kita, bahwa didunia masih terlalu banyak fenomena yang ada disekitar kita yang belum kita ketahui walaupun sudah banyak yang kita ketahui.
Para ahli mengatakan bahwa pengetahuan itu pada awalnya dari rasa ingin tahu, dimana kepastian itu diperoleh melalui keraguan-raguan. Oleh sebab itu filsafat dimulai dengan kedua hal diatas yaitu keingintahuan, dan rasa keraguan-raguan. Jadi, befilsafat berarti mendorong untuk mengetahui apa yang  telah kita tahun dan apa yang belum kita tahu.
            Kita tahu bahwa manusia lahir ke dunia dalam keaadan misterius. Artinya sangat sulit mengetahui mengapa, bagaimana dan untuk apa kelahiran itu, yang pasti kita ketahui bahwa manusia  dilahirkan oleh Tuhan melalui manusia lain. Sadar akan hidup dan kehidupannya dan sadar pula akan tujuan kehidupannya.
Kenyataan diatas menyatakan bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah, yang keberadaanya sangat tergantung pada yang menciptakannya. Namun ketergantungan yang berkeluasan. Oleh sebab itu manusia itu menerima ketergantungan itu dengan otonomi dan independent dnegan segala kreatifitasnya dan akhirnya mampu mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Apa yang disediakan alam (potensi alam) diolah untuk dapat  memberikan penemuan kebutuhannya.
Dalam perkembangan selanjutnya otomi independent dan kreatifitas tersebut menggambarkan manusia pada tahap tertentu, sehingga seolah-olah manusia itu semakin jauh dari sang pencipta dan manusia itu seperti sudah tidak mengakui keberadaan sang pencipta.
Memang manusia tercipta atau diciptakan sangatlah berbeda dengan makhluk-makhluk yang lainnya, benar manusia lahir meruapakan sebuah sosok yang paling lemah dari seluruh makhluk hidup, namun manusia itu diciptakan jauh  melebihi dari semua makhluk sang pencipta, oleh karena itu manusia itu dapat disebut sebagai :
1.      Makhluk yang berjiwa raga yaitu jiwa yang meraga dan raga yang menjiwa
2.      Sebagai mahkluk individu yang bermasyarakat yang individu yang memasyarakat dan masyarakat yang mengindividu
3.      Manusia sebagai makhluk berfikir.
Kalau kita memperhatikan perkembangan selanjutnya bahwa pada akhir-akhir ini bahwa hampir sebagian besar manusia di dunia ini terjebak dalam suatu pola hidup yang cendrung materialistis, sehingga mengakibatkan krisis moral yang parah penyakit akut (krisis moral) bukan hanya masuk dalam kehidupan masyarakat didunia. Akibatnya lingkungan hidup dan alam seolah-olah tidak bersahabat lagi.
Fakta prilaku manusia yang bersifat eksploitatif itu membuktikan kegagalan karena manusia sebagai penyelamat ciptaaan Tuhan. Dengan teknologinya manusia justru berprilaku tidak adil terhadap alam.
Dengan demikian, filsafat berperan untuk mengetahui ketidak tahuan, dimana salah satu cirinya dalah ahli bertanya, maka beberapa pertanyaan diajukan kepada setiap corak dan jenis ilmu dan teknologi itu ? jawabnya adalah kebenaran yang nyata, yaitu untuk mengehasilkan sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Namun bukanlah fakta menunjukkan bahwa bukan untuk pemenuhan kebutuahan, tetapi justru untuk kenikmatan hidup. Jika demikian halnya, sejauh mana kenikmatan hidup itu bermakna bagi kehidupan ?
Jika berbicara mengenai filsfat ilmu, kita sulit memberikan batasan yang positif. Banyak pendapat yang memiliki makna serta penekanan yang berbeda tentang filsafat ilmu. Ada yang menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu studi tentang masalah-masalah mengenai penjelasan. Semiawan CS (2004:43). Mengemukakan bahwa untuk menetepkan dasar pemahaman tentang filsafat ilmu sangat bermanfaat untuk menyimak empat titik pandang didalam filsafat ilmu yaitu :
1.      Pandangan pertama menyebutkan bahwa filsafat ilmu adalah perumusan word views yang konsisten dengan dan pada beberapa pengertian didasarkan atas teori-teori ilmiah yang penting
2.      Pandangan kedua mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu eksposisi dari presupposition dan predripasition dari pada ilmuwan.
3.      Padangann ketiga mengemukakan bahwa filsafat ilmu itu adalah suatu disiplin yang didalamnya.
4.      Filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua.
Konsep-konsep dari teori-teori tentang ilmu dianalisis dan diklarifikasikan. Berdasarkan kepada ketiga padangan diatas, berarti bahwa hal ini memberikan kejelasan tentang makna dari berbagai konsep seperti partikel, gelombang dan lain-lain didalam pemanfaatan ilmiahnya. Akan tetapi Gilbert Kyle (dalam Silawan CS : 44) “telah menunjukkan terhadap sesuatu yang tendensius tentang padangan ini mengenai filsafat ilmu, untuk menjelaskan kepada mereka makna dari konsep – konsep ilmu ilmiah”
Selanjutnya menurut padangan diatas kita justru bertanya apakah pada ilmuwan benar-benar mengerti suatu kkonsep yang disamakannya, sehingga dalam kasus ini tidak lagi memerlukan klarifikasi, sehingga harus mencari hubungan konsep dengan konsep
Selajutnya filsafat ilmu pengetahuan masuk dan ikut serta dalam setiap kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi, filsafat ilmu pengetahuan memberikan landasan dari kontrol dan bimbingan serta koordinasi menyeluruh, sehingga ilmu pengetahuan tersusun dan terorganisasi dalam satu kesatuan sistem yang utuh.
Keutuhan sistem IPTEK dengan didukung oleh moralitas dan prilaku ilmiah dapat menjamin pemberdayaan IPTEK itu secara berkeadilan sebagai jalan menuju hidup dan kehidupan yang berkesinambungan. Sungguh sangat diharapkan bahwa melalui filsafat ilmu pengetahuan berarti dari sekarang, filsafat harus lebih banyak belajar dari dan mempelajari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, filsafat ilmu pengetahuan berkepentingan untuk mendorong, memperkuat dan menunjukkan jalan yang benar, tepat dan terutama dalam hal pengalamannya menurut prinsip-prinsip dan nilai-nilai etis, epistemology dan ontology.



DAFTAR PUSTAKA.


Baktiar Amsal, 2009. Filsafat Ilmu, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Mudyahardjo, Rejo, 2006. Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosda Karya : Bandung
Suria Sumantri S, Jujun, 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta
Suhartono Reza, 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan, AR-RUZZ : Jakarta
Wattimena Reza, 2008. Filsafat dan sains Sebuah Pengantar, T Grafindo : Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar