Kaidah Struktur Frase Preposisi Bahasa Jawa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembinaan
dan pengembangan bahasa-bahasa daerah sangat penting karena disamping sebagai
pemerkaya kebudayaan nasional. Nilai-nilai kebudayaan tradisional juga
diugkapkan didalam bahasa-bahasa daerah. Konsep kebudayaan tradisional hanya
dapat dimengerti melalui ungkapan bahasa daerah masyarakatnya (Sibarani, 2003 :
1 ). Oleh karena itu, bahasa daerah harus tetap dipelihara dan dibina agar
tetap berkembang.
Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang
besar. Disamping bahasa itu mempunyai tradisi sastra yang sudah mengakar dan
berusia relative tua, hingga saat ini juga masih dipergunakan sehari-hari
sebagai alat komunikasi dalam pergaulan masyarakat lingkungannya. Bahasa Jawa hidup
bersama-sama dengan bahasa Indonesia ditengah-tengah masyarakat Indonesia
oleh karena kedua bahasa ini masih serumpun dan mempunyai beberapa system,
kedua bahasa itu akan saling mempengaruhi dan saling mengambil keuntungan guna
memperlancar pengembangan masing-masing.
Bahasa Jawa tidak hanya dipergunakan oleh masyarakat di Pulau Jawa, bahasa Jawa
tersebar dan dipergunakan oleh masyarakat di luar pulau jawa, termasuk
khususnya Sumatera Utara. Hal ini terjadi akibat keadaan penduduk pulau jawa
yang mengharuskan mereka mengadakan transmigrasi keluar Pulau Jawa.
Frase merupakan salah satu unsure kebahasaan yang ikut
berperan dalam system kebahasaan. Kalau dibandingkan dengan frase lain, kiranya
frase nomina lebih banyak memiliki keungkinan untuk menduduki fungsi lebih
banyak distribusinya di dalam kalimat. Bedasarkan beberapa alasan itulah frase
nomina bahasa jawa perlu diteliti lebih dahulu secara luas dan mendalam dari
pada frase-frase yang lain.
1.2. Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan,
maka masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah bagaimana kaidah
struktur frase preposisi bahasa jawa.
1.3. Tujuan
Sesuai dengan latar belakang dan masalah yang telah
dirumuskan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yakni untuk
mengetahui kaidah struktur frase preposisi bahasa jawa.
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Seiring dengan tujuan diatas,
adapun manfaat yang diharapkan adalah agar penelitian ini dapat menambah
wawasan pembaca mengenai kaidah struktur frase preposisi bahasa jawa dan
berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
1.5. Metode
Metode yang digunakan dalam pengupumpulan data yaitu
metode simak (Sudaryanto, 1993 hal 133). Metode simak yaitu suatu metode dengan
cara menyimak suatu bahasa. Adapun teknik yang digunakan dalam metode ini yaitu
metode sadap. Peneliti membaca, meneliti, mempelajari dan memeriksa penggunaan
bahasanya.
Setelah itu, data-data tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode agih (Sudaryanto, 1993 hal 15). Penggunaan metode agih
dilakukan dengan menggunakan alat penentu berupa bagian dari bahasa yang
bersangkutan itu sendiri. Sedangkan teknik dasar yang digunakan pada penelitian
ini adalah teknik baca markah atau BM. Disebutkan demikian Karena cara
digunakan pada awal kerja analisis ini adalah “membaca markah”. Dalam hal ini,
yang dimaksud dengan pemarkah itu ( baik secara sintaksis, morfologis atau pun
dengan cara yang lain lagi) menunjukkan suatu kejatian satuan lingual atau
identitas konstituen tertentu; dan kemampuan pambaca pembaca pemarkah itu ( marker) berarti kemampuan menentukan
kejatian yang dimaksud (Sudaryanto, 1993 hal 95 )
Contoh ; Ing Omah
dirumah
Frase diatas adalah frase preposisi dalam bahasa jawa,
frase preposisi tersebut ditandai oleh pemarkah ing sebagai inti.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Frase
Pada tahun 1931 – 1951, kajian linguistik
pada saat itu diwarnai oleh aliran struktural yang kita kenal dengan nama tata
bahasa deskriptif. Menurut aliran struktur frase adalah gabungan dua kata atau
lebih yang menduduki satu jabatan kalimat. Pada tahun 1957, Chomsky mengenalkan
gagasan barunya melalui yang tertuang dalam buku itulah yang kemudian oleh para
linguis disebut dengan tata bahasa generatif tranformasi. Struktur generatif
transformasi dibidang linguistik menggunakan aturan struktur frase untuk menyusun
kata dalam bahasa. Bahasa, menurut Chamsky, disusun melalui frase dan kata.
Sementara frase itu sendiri terdiri lagi
atas kata dan frase.
Frase terdiri dari dua kkomponen, yaitu
inti ( sebuah kataegori leksikal) dan proyeksi (sebuah kategori frase). Kategori
leksikal seperti verba, nomina, adjektif, dan preposisi. Kategori frase seperti
frase verba, frase nomina, frase adjektiva dan frase preposisi. Inti dari
kategori frase adalah kategori leksikal. Contohnya.; inti dari frase nomina
(FN) ialah nomina, inti dari frase verba (FV) ialah verba, inti dari frase
preposisi (FP) ialah preposisi begitu
seterusnya.
2.2 Pengertian Frase Preposisi
Frase preposisi sebagai salah satu
komponen dalam sistem kebahasaan tersebut diguakan untuk mengkonsumsikan apa
saja yang terkandung dalam pikiran seorang pembicara tentang suatu realita atau
tentang pengalamannya. Sedangkan frase preposisi pada dirinya sendiri dapat
digunakan sebagai keterangan didalam sebuah kalimat.
Frase
preposisi adalah frase yang intinya adalah preposisi (kata depan) nomina. Inti
terletak satu level lebih rendah dalam hirarki X-bar dari pada konstituen yang
menjadi inti tersebut. Jadi, dalam hirarki X-bar preposisi sebagai inti dari FP
terletak satu level lebih rendah dari pada frasenya.
2.3 Kaidah Struktur Frase Preposisi Bahasa
Jawa.
Struktur frase
dalam teori X-bar bertalian dengan tiga fungsi gramatikal, yakni komplemen
(komp), keterangan (Ket) dan spesifier (spes). Yang dimaksud dengan komplemen
adalah argumen internal yang posisinya diawali langsung oleh x-bar dan
kehadirannya pada posisi itu merupakan realisasi dari properti lesikal.
Keterangan, secara skematis juga terletak dibawah X-bar dalam struktur frase,
tetapi tingkatannya berbeda. Dengan katalain, komponen didominasi oleh X-bar
pertama sementara keterangan didominasi oleh X-bar kedua. Tambahan pula, status
argumen dari kedua struktur frase sementara keterangan bersifat periferal.
Spesifier adalah argumen yang dibawahi langsung oleh X-bar ganda atau frase X.
Jika dihungkan dengan FP. Perbedaan ketiga istilah itu dirumuskan sebagai
berikut : (lihat Radford, 1988 : 176 ).
Komplemen
memperluas P menjadi P-bar
Keterangan memperluas P-bar menjadi P-bar
Spesifier memperluas P-bar menjadi P-bar
ganda.
Kaidah
struktur frase preposisi bahasa jawa adalah sebagai berikut :
- FP à P + FN S
FP
P’
P FN
Ing Omah (dirumah)
Dalam bar komponen FN ”Omah” (rumah)
dengan inti leksikal ”Neng” di membentuk konstitun P-Bar keterangan tidak
muncul pada struktur frase, selanjutnya, P’ membentuk P” (FP).
- FP à P + F num
FP
P’
P F num
Ing Telu Kecamatan (di tiga kecamatan)
Dala bar komplemen F num ”Telu Kecamatan”
(tiga kecamatan) dengan inti leksikal ”Neng” di membentuk konstituen P-bar.
Selanjutnya, P-bar didominasi oleh P-bar ganda (P”) atau frase preposisi (FP).
- FP à P + FN + FP
FP
P
P FP
P FN
Neng Omah Kambek Paklekne (dirumah bersama pamannya)
- FP à FP + P+FN
FP
P1
FP P’
P FN
Kembek
parlekne Ing Omah ( besama pamannya
dirumah)
Struktur
FP dapat diperluas menjadi P-bar yang lain dengan tambahan keterangan.
Katergori leksikal berfungsi sebagai keterangan P-bar berupa adverbia atau FP,
dapat diterangkan bahwa FP kambek paklekne berfungsi sebagai keterangan pada
konstituen P-bar, alasannya, kategori tersebut dapat diletakkan setalah atau
sebelum inti leksikal yaiut ”Ing” di.
- FP à P + FN + Spes
FP
P’ Spes
P1
P FN
Saka Kutha Iku (dari kota itu)
Pada kalimat diatas, sebuah spesifier yang dimarkahi oleh kata petunjuk itu
( iku) terletak di akhir FP da
kategori ini berlangsung diproyeksikan pada P-bar
- FP à Spes + P + FN
FP
Spes P’
P1
P FN
Langsung Melayang Jakarta (Langsung
ke Jakarta)
Pada kalimat
diatas, proyeksi maksimal struktur FP dimarkahi adverbia jika spesifier
terletak diawal. Adverbia langsung merupakan spesifier didasarkan pada struktur
FP itu, letak adverbianya tetap di awal walaupun ada kata lain yang di
sisipkan diantaranya.
- FP à Spec + FP + P
FP
Spec P’
FP P1
P FP
Langsung ana jam pitu wengi Saka
Siantar
(langsung
pada pukul tujuh malam dari Siantar )
Pda
struktur FP diatas, inti leksikal suka bersama komplemen Siantar didominasi
langsung oleh P-bar. Pada tingaktan
berikutnya, P-bar itu dengan FP keterangan, yakni ana jam pitu wengi
diproyeksikan pada P-bar tertinggi dengan spesifer / langsung yang terletak di kiri inti leksikal.
- FP à P + FP
FP
P’
P FP
Menuju menyang iring wetan (menuju
kesebelah timur)
Pada struktur frase diatas, inti frasenya
ialah menuju dan bersama dengan komplemen FP menyang iring wetan didominasi
oleh P-bar, selanjutnya P-bar dan spesifer menjadi proyeksi akhir dari frase
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasarkan uraian diatas,
maka dapat disimpulakn bahwa :
- Struktur frase Preposisi bahasa Jawa dalam teori X-bar dibentuk oleh komplemen, keterangan dan spesifier.
- Inti leksikal dari frase Preposisi adalah preposisi ( kata depan)
- Kaidah struktur frase Preposisi bahasa Jawa adalah sebagai berikut :
FP à P + FN
FP à P + F Num
FP à P + FN + FP
FP à FP + P FN
FP à P + FN + Spes
FP à Spes + P + FN
FP à Spes + FP + P
FP à P + FP
3.2
Saran
Penelitian tentang
frase bahasa Jawa pada hakikatnya abru dalam tahap permulaan. Oleh karena itu,
perlu segera diadakan
penelitian-penelitian sejenis untuk mencari dasar teori yang mantap,
dengan adanya makalah ini, disarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya agar
memiliki rasa keterkaitan untuk mengadakan
penelitian mengenai kaidah struktur frase tata bahasa generatif
khususnya dalam bahasa daerah. Hal ini sangat beguna untuk menambah wawasan dan
sekaligus menambah rasa cinta terhadap bahasa daerah sebagai aset
pembangunan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Gina dkk,
1987. Frase Nomina Dalam Bahasa Jawa. Jakarta : Pusat pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Depdikbud
Naibaho.
J, 2007. Analisis Struktural Frase
Nominal Bahasa Indonesia. Medan : Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Poedjosoedarmo,
Soepomo, dkk, 1979. Morfologi Bahasa
Jawa. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Rusyana,
Yus, 1983. Pedoman penulisan Tata Bahasa
Indonesia. Jakarta : Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar