Sabtu, 16 Januari 2016

Bahasa dan Sastra Indonesia


Kaidah Struktur Frase Preposisi Bahasa Jawa



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa daerah sangat penting karena disamping sebagai pemerkaya kebudayaan nasional. Nilai-nilai kebudayaan tradisional juga diugkapkan didalam bahasa-bahasa daerah. Konsep kebudayaan tradisional hanya dapat dimengerti melalui ungkapan bahasa daerah masyarakatnya (Sibarani, 2003 : 1 ). Oleh karena itu, bahasa daerah harus tetap dipelihara dan dibina agar tetap berkembang.
Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang besar. Disamping bahasa itu mempunyai tradisi sastra yang sudah mengakar dan berusia relative tua, hingga saat ini juga masih dipergunakan sehari-hari sebagai alat komunikasi dalam pergaulan masyarakat lingkungannya. Bahasa Jawa hidup bersama-sama dengan bahasa Indonesia ditengah-tengah masyarakat Indonesia oleh karena kedua bahasa ini masih serumpun dan mempunyai beberapa system, kedua bahasa itu akan saling mempengaruhi dan saling mengambil keuntungan guna memperlancar pengembangan masing-masing.
Bahasa Jawa tidak hanya dipergunakan  oleh masyarakat di Pulau Jawa, bahasa Jawa tersebar dan dipergunakan oleh masyarakat di luar pulau jawa, termasuk khususnya Sumatera Utara. Hal ini terjadi akibat keadaan penduduk pulau jawa yang mengharuskan mereka mengadakan transmigrasi keluar Pulau Jawa.
Frase merupakan salah satu unsure kebahasaan yang ikut berperan dalam system kebahasaan. Kalau dibandingkan dengan frase lain, kiranya frase nomina lebih banyak memiliki keungkinan untuk menduduki fungsi lebih banyak distribusinya di dalam kalimat. Bedasarkan beberapa alasan itulah frase nomina bahasa jawa perlu diteliti lebih dahulu secara luas dan mendalam dari pada frase-frase yang lain.

1.2.  Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah bagaimana kaidah struktur frase preposisi bahasa jawa.
1.3.  Tujuan
Sesuai dengan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui kaidah struktur frase preposisi bahasa jawa.
1.4.  Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat  bagi pembaca. Seiring dengan tujuan diatas, adapun manfaat yang diharapkan adalah agar penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai kaidah struktur frase preposisi bahasa jawa dan berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
1.5.  Metode
Metode yang digunakan dalam pengupumpulan data yaitu metode simak (Sudaryanto, 1993 hal 133). Metode simak yaitu suatu metode dengan cara menyimak suatu bahasa. Adapun teknik yang digunakan dalam metode ini yaitu metode sadap. Peneliti membaca, meneliti, mempelajari dan memeriksa penggunaan bahasanya.
Setelah itu, data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode agih (Sudaryanto, 1993 hal 15). Penggunaan metode agih dilakukan dengan menggunakan alat penentu berupa bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Sedangkan teknik dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik baca markah atau BM. Disebutkan demikian Karena cara digunakan pada awal kerja analisis ini adalah “membaca markah”. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pemarkah itu ( baik secara sintaksis, morfologis atau pun dengan cara yang lain lagi) menunjukkan suatu kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu; dan kemampuan pambaca pembaca pemarkah itu ( marker) berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto, 1993 hal 95 )
Contoh ;  Ing Omah dirumah
Frase diatas adalah frase preposisi dalam bahasa jawa, frase preposisi tersebut ditandai oleh pemarkah ing sebagai inti.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Frase
Pada tahun 1931 – 1951, kajian linguistik pada saat itu diwarnai oleh aliran struktural yang kita kenal dengan nama tata bahasa deskriptif. Menurut aliran struktur frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang menduduki satu jabatan kalimat. Pada tahun 1957, Chomsky mengenalkan gagasan barunya melalui yang tertuang dalam buku itulah yang kemudian oleh para linguis disebut dengan tata bahasa generatif tranformasi. Struktur generatif transformasi dibidang linguistik menggunakan aturan struktur frase untuk menyusun kata dalam bahasa. Bahasa, menurut Chamsky, disusun melalui frase dan kata. Sementara frase itu sendiri  terdiri lagi atas kata dan frase.
Frase terdiri dari dua kkomponen, yaitu inti ( sebuah kataegori leksikal) dan proyeksi (sebuah kategori frase). Kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektif, dan preposisi. Kategori frase seperti frase verba, frase nomina, frase adjektiva dan frase preposisi. Inti dari kategori frase adalah kategori leksikal. Contohnya.; inti dari frase nomina (FN) ialah nomina, inti dari frase verba (FV) ialah verba, inti dari frase preposisi  (FP) ialah preposisi begitu seterusnya.
2.2  Pengertian Frase Preposisi
Frase preposisi sebagai salah satu komponen dalam sistem kebahasaan tersebut diguakan untuk mengkonsumsikan apa saja yang terkandung dalam pikiran seorang pembicara tentang suatu realita atau tentang pengalamannya. Sedangkan frase preposisi pada dirinya sendiri dapat digunakan sebagai keterangan didalam sebuah kalimat.
Frase preposisi adalah frase yang intinya adalah preposisi (kata depan) nomina. Inti terletak satu level lebih rendah dalam hirarki X-bar dari pada konstituen yang menjadi inti tersebut. Jadi, dalam hirarki X-bar preposisi sebagai inti dari FP terletak satu level lebih rendah dari pada frasenya.
2.3  Kaidah Struktur Frase Preposisi Bahasa Jawa.
Struktur frase dalam teori X-bar bertalian dengan tiga fungsi gramatikal, yakni komplemen (komp), keterangan (Ket) dan spesifier (spes). Yang dimaksud dengan komplemen adalah argumen internal yang posisinya diawali langsung oleh x-bar dan kehadirannya pada posisi itu merupakan realisasi dari properti lesikal. Keterangan, secara skematis juga terletak dibawah X-bar dalam struktur frase, tetapi tingkatannya berbeda. Dengan katalain, komponen didominasi oleh X-bar pertama sementara keterangan didominasi oleh X-bar kedua. Tambahan pula, status argumen dari kedua struktur frase sementara keterangan bersifat periferal. Spesifier adalah argumen yang dibawahi langsung oleh X-bar ganda atau frase X. Jika dihungkan dengan FP. Perbedaan ketiga istilah itu dirumuskan sebagai berikut : (lihat Radford, 1988 : 176 ).
Komplemen memperluas P menjadi P-bar
Keterangan memperluas P-bar menjadi P-bar
Spesifier memperluas P-bar menjadi P-bar ganda.
Kaidah struktur frase preposisi bahasa jawa adalah sebagai berikut :
  1. FP à P + FN S
FP
P’
P          FN
Ing       Omah              (dirumah)
Dalam bar komponen FN ”Omah” (rumah) dengan inti leksikal ”Neng” di membentuk konstitun P-Bar keterangan tidak muncul pada struktur frase, selanjutnya, P’ membentuk P” (FP).

  1. ­FP à P + F num
FP
P’
P          F num
Ing       Telu Kecamatan          (di tiga kecamatan)
Dala bar komplemen F num ”Telu Kecamatan” (tiga kecamatan) dengan inti leksikal ”Neng” di membentuk konstituen P-bar. Selanjutnya, P-bar didominasi oleh P-bar ganda (P”) atau frase preposisi (FP).
  1. FP à P + FN + FP
FP
P
P                                  FP
P                FN
Neng         Omah        Kambek Paklekne       (dirumah bersama pamannya)






  1. FP à FP + P+FN
FP
P1
                            FP                            P’
P          FN
                           Kembek parlekne      Ing       Omah  ( besama pamannya dirumah)
            Struktur FP dapat diperluas menjadi P-bar yang lain dengan tambahan keterangan. Katergori leksikal berfungsi sebagai keterangan P-bar berupa adverbia atau FP, dapat diterangkan bahwa FP kambek paklekne berfungsi sebagai keterangan pada konstituen P-bar, alasannya, kategori tersebut dapat diletakkan setalah atau sebelum inti leksikal yaiut ”Ing” di.
  1. FP à P + FN + Spes
FP
P’                                             Spes
P1
P                      FN
Saka                Kutha              Iku                   (dari kota itu)
Pada kalimat diatas, sebuah spesifier yang dimarkahi oleh kata petunjuk itu      ( iku) terletak di akhir FP da kategori ini berlangsung diproyeksikan pada P-bar

  1. FP à Spes + P + FN
                                    FP
Spes                             P’
                                    P1
                                    P                      FN
Langsung                    Melayang        Jakarta             (Langsung ke Jakarta)
Pada kalimat diatas, proyeksi maksimal struktur FP dimarkahi adverbia jika spesifier terletak diawal. Adverbia langsung merupakan spesifier didasarkan pada struktur FP itu, letak adverbianya tetap di awal walaupun ada kata lain yang di sisipkan  diantaranya.
  1. FP à Spec + FP + P
                                                            FP
Spec                                                     P’
                     FP                                   P1
                                                            P          FP
Langsung ana jam pitu wengi             Saka    Siantar
(langsung pada pukul tujuh malam dari Siantar )
Pda struktur FP diatas, inti leksikal suka bersama komplemen Siantar didominasi langsung oleh P-bar. Pada tingaktan  berikutnya, P-bar itu dengan FP keterangan, yakni ana jam pitu wengi diproyeksikan pada P-bar tertinggi dengan spesifer / langsung  yang terletak di kiri inti leksikal.
  1. FP à P + FP
FP
P’
P                      FP
Menuju            menyang iring wetan               (menuju kesebelah timur)
Pada struktur frase diatas, inti frasenya ialah menuju dan bersama dengan komplemen FP menyang iring wetan didominasi oleh P-bar, selanjutnya P-bar dan spesifer menjadi proyeksi akhir dari frase tersebut.












BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulakn bahwa :
  1. Struktur  frase Preposisi bahasa Jawa dalam teori X-bar dibentuk oleh komplemen, keterangan dan spesifier.
  2. Inti leksikal dari frase Preposisi adalah preposisi  ( kata depan)
  3. Kaidah struktur frase Preposisi bahasa Jawa adalah sebagai berikut :
FP à P + FN
FP à P + F Num
FP à P + FN + FP
FP à FP + P FN
FP à P + FN + Spes
FP à Spes + P + FN
FP à Spes + FP + P
FP à P + FP
3.2    Saran 
Penelitian tentang frase bahasa Jawa pada hakikatnya abru dalam tahap permulaan. Oleh karena itu, perlu segera diadakan  penelitian-penelitian sejenis untuk mencari dasar teori yang mantap, dengan adanya makalah ini, disarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya agar memiliki rasa keterkaitan untuk mengadakan  penelitian mengenai kaidah struktur frase tata bahasa generatif khususnya dalam bahasa daerah. Hal ini sangat beguna untuk menambah wawasan dan sekaligus menambah rasa cinta terhadap bahasa daerah sebagai aset pembangunan  bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Gina dkk, 1987. Frase Nomina Dalam Bahasa Jawa.  Jakarta : Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud
Naibaho. J, 2007. Analisis Struktural Frase Nominal Bahasa Indonesia. Medan : Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Poedjosoedarmo, Soepomo, dkk, 1979. Morfologi Bahasa Jawa.  Jakarta : Pusat Pembinaan  dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Rusyana, Yus, 1983. Pedoman penulisan Tata Bahasa Indonesia.  Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar