Senin, 28 Februari 2011

DEMOKRASI DAN KESIAPAN MENTAL DIRI


Demokrasi yang indah ketika kekuatan hukum telah bersinergi dengan kebebasan berekspresi, ketika hukum masih menjele-menjele maka peran demokrasi tidak akan sinkron dan terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada tataran subjek hukum, ketidak konsistenan hukum banyak subjek hukum yang selalu mencari kelemahan ataupun celah-celah untuk mengekspresikan kebebasan demokrasi tersebut. Dengan demikian dibutuhkan ketegasan serta kekuatan hukum dalam tatanan berbagai aspek kehidupan.

Melihat dari perkembangan yang telah terjadi di Indonesia, sudah tentu sangat jauh perbedaan yang sangat drastis terjadi di tatanan sosial kita, mulai dari level paling rendah, menengah hingga level paling top.  Entah dosis apa yang ada pada demokrasi yang sangat mujarab dalam mempengaruhi setiap komponen sosial. Terkadang sering kali terjadi pelamahan hukum dengan adanya kebebasan berekspresi, sulitnya dalam mengamati fenomena sosial di era demokrasi saat sekarang ini.

Perkembangan tehnologi yang semakin hari semakin derastis ditambah lagi sifat sosial kita yang beraliran konsumtif sungguh sebagai tantangan berat dalam menjalankan demokrasi yang kita jalani saat sekarang ini, ketidakseimbangan hidup, kurangnya disiplin yang selalu menjadikan dalih “siapa lu siapa gue dan urus saja dirimu”. Apakah karena kita memang belum siap berdemokrasi, atau memang begitu demokrasi.? Saya pikir TIDAK.

Banyak kasus terjadi menyangkut demokrasi khususnya di Negara kita ini, seperti halnya kebebasan berpendapat dalam mengaspirasikan pendapat dengan bentuk demonstrasi terkadang pendapat dia yang harus dipenuhi sekalipun itu bertentangan dengan hukum yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dengan alasan demokrasi. Mengartikan demokrasi dengan semata-mata dengan kebebasan berpendapat memang benar tapi yang perlu digaris bawahi adalah peraturan harus mendahului dari pada demokrasi. Lagi-lagi konsistensi hukum yang dibutuhkan.

Kesiapan generasi penerus bangsa dalam menjalankan roda demokrasi di nusantara ini menilai akan mengarah kepada model peralihan budaya-budaya local yang dikalahkan oleh perkembangan budaya-budaya kebebasan luar. Dampak pengaruh lingkungan itu sendiri sehingga menimbulkan rasa ingin mencoba-coba tanpa ada pendirian dan prinsip hidup sehingga akan mudah terpengaruh oleh lingkungan itu sendiri, peranan orangtua seharusnya yang perlu disikapi lebih tegas terhadap anaknya, disamping lembaga pendidikan juga harus betul-betul mendidik demi kemajuan bangsa kedepannya.

Derasnya perkembangan jaman maka semakin deras juga kesiapan mental yang kita penuhi, ketika mental kita tidak bersinergi terhadap derasnya arus perkembangan jaman tidak menutup kemungkinan akan terjadi suatu kejadian yang tidak lagi berbanding lurus, meningkatnya sifat egoisme dan patologi-patologi sosial lainnya. Contoh kecil saja dengan mudahnya dalam  mengakses teknologi internet mulai dari anak kecil hingga orang dewasa dengan daya jelajah yang tidak terbatas itu tidak menutup kemungkinan terjadi akses-akses negative yang tidak bisa difilter oleh dirinya sendiri. Coba kita bayangkan dengan daya jelajahnya yang liar naik derastis 500%. Kita tidak mungkin lari dari derasnya arus perkembangan jaman, ketika kita tidak mampu beradaptasi tentunya kita pasti dikerdilkan dan disudutkan. Semuanya memang akan baik ketika kita menempatkan sesuatu itu pada tempatnya, namun yang sering terjadi malah sebaliknya. Banyak peneliti-peniliti yang menyampaikan hasil risetnya yang menyangkut fenomena hidup dan kehidupan yang dinilai sudah sangat transparan yang tidak ada lagi ditutup-tutupi mulai dari hal besar hingga hal-hal yang agresif sekalipun, oleh sebab itu tergantung ketegasan dan kesiapan mental serta juga ketebalan iman dalam menyikapinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar